Hari Ibu di Bandar Lampung

Debu Batu Bara Dikeluhkan Warga, PT SME Janji Beri Kompensasi yang Layak

Direktur PT SME William Budiono mengklaim pihaknya sudah mengoptimalkan upaya pengurangan debu akibat aktivitas stockpile batu bara.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer
Direktur PT SME William Budiono mengklaim pihaknya sudah berupaya mengurangi debu akibat aktivitas stockpile batu bara. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - PT SME angkat bicara soal keluhan masyarakat akibat debu yang berasal dari aktivitas stockpile batu bara.

Diketahui, PT SME adalah salah satu perusahaan stockpile batu bara yang dikeluhkan warga di Kelurahan Sukaraja dan Way Lunik, Bandar Lampung.

Satu perusahaan lainnya yakni PT GML, yang lokasinya bersebelahan dengan PT SME.

Warga menyampaikan keluhannya melalui aksi demonstrasi pada Jumat (22/12/2023).

Direktur PT SME William Budiono mengklaim pihaknya sudah mengoptimalkan upaya pengurangan debu akibat aktivitas stockpile batu bara.

Diakuinya, upaya tersebut belum bisa menghilangkan debu batu bara.

Beberapa upaya yang sudah dilakukan di antaranya seperti pemasangan jaring debu, penyiraman air, serta penghijauan lingkungan.

"Ke depan nanti kami akan hadirkan sistem pengkabutan atau hujan ringan di area stockpile," kata dia.

Dijanjikan, saat sistem tersebut sudah diterapkan, debu batu bara yang mencemari permukiman warga akan jauh berkurang.

Sedangkan terkait keluhan kesehatan masyarakat, pihak perusahaan berjanji memberikan kompensasi yang layak.

Warga Kelurahan Sukaraja dan Way Lunik, Bandar Lampung menyebut keluhan debu akibat aktivitas stockpile batu bara bukan hal baru.

Keluhan debu batu bara tersebut diakui telah terjadi sejak Juni 2023 lalu.

"Debunya mulai terasa banget pada Juni kemarin," kata Guntoro, warga Way Lunik, Bandar Lampung, Jumat (22/12/2023).

Baca juga: Breaking News Emak-emak di Bandar Lampung Rayakan Hari Ibu dengan Berdemo

Artinya, menurut dia, aktivitas warga setempat yang berdekatan debu batu bara sudah berlangsung selama tujuh bulan terakhir.

Sejak itu, warga lebih sering menghirup debu batu bara.

Ditambah lagi, kondisi cuaca saat itu pada puncak musim kemarau, sehingga membuat debu makin tebal.

Guntoro mengatakan, polusi dari debu batu bara mengubah kebiasaan masyarakat setempat.

Guntoro mengatakan, dalam sehari masyarakat bisa membersihkan lantai rumah hingga 4-5 kali sehari.

Keluhan masyarakat atas debu batu bara itu sudah kerap disampaikan kepada pihak perusahaan.

Meski demikian, dampak pengurangan debu masih belum bisa dirasakan masyarakat.

Demo di Hari Ibu

Puluhan warga yang didominasi kaum ibu-ibu berdemonstrasi di Jalan Yos Sudarso, Bandar Lampung, Jumat (22/12/2023).

Emak-emak itu tercatat sebagai warga Kelurahan Sukaraja dan Way Lunik, Bandar Lampung.

Mereka berdemo akibat terus merasakan gangguan kesehatan akibat udara yang tercemar karena aktivitas stockpile batu bara.

Unit stockpile batu bara yang dikeluhkan yakni PT SME dan PT GML berdiri di dekat dua daerah tersebut.

Dalam orasinya, warga mengeluhkan gangguan kesehatan seperti pernapasan, pencernaan, dan kesehatan kulit.

"Seperti batuk hingga gatal-gatal," ucap seorang warga dalam orasinya.

Mereka menuntut ada tindak lanjut dari pemerintah akibat gangguan tersebut.

Dengan tegas, mereka meminta agar tidak ada lagi aktivitas stockpile batu bara di wilayah itu.

Mereka khawatir jika aktivitas tersebut tak dihentikan bakal memengaruhi pertumbuhan anak-anak.

Dalam aksinya, puluhan emak-emak itu didampingi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung.

(Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer)

 

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved