Pilpres 2024

PDIP Khilaf Soal Wali Kota Solo, Gibran Minta Maaf

Gibran minta maaf setelah PDIP menyebut khilaf mengusungnya jadi Wali Kota Solo, Hasto disebut paling oke. 

Editor: Tri Yulianto
Tribunnews/Irwan Rismawan
Gibran minta maaf setelah PDIP menyebut khilaf mengusungnya jadi Wali Kota Solo, Hasto disebut paling oke.  

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Cawapres Gibran Rakabuming Raka minta maaf setelah disebut kekhilafan PDIP mengusungnya jadi Wali Kota Solo.

Diketahui Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut kekhilafan partainya mengusung Gibran Rakabuming Raka jadi Wali Kota Solo

Kini Gibran Rakabuming Raka pun minta maaf atas kekhilafan PDIP tersebut hingga menjadikannya Wali Kota Solo.

Ia bahkan mengatakan bahwa Hasto Kristiyanto yang paling terbaik di PDIP.

“Mohon maaf Pak Hasto. Terima kasih. Pak Hasto paling oke,” ujar Gibran.

Sebelumnya PDIP menyesal telah mengusung putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka menjadi Wali Kota Solo.

Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto dalam acara diskusi bertajuk 'Sing Waras Sing Menang', Sabtu (30/3/2024)

Hasto mengaku PDIP kala itu telah khilaf karena melihat kepemimpinan Jokowi yang dipandang telah memberikan kemajuan bagi Indonesia.

"Ya kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran karena kami juga di sisi lain memang mengakui terhadap kemajuan yang dilakukan Pak Jokowi," kata Hasto, dikutip dari Wartakotalive.com.

Diakui Hasto, PDIP belakangan ini menyadari bahwa kemajuan yang dibawa Jokowi justru menyebabkan utang negara yang sangat besar.

Ia mengatakan, utang pemerintah hampir mencapai 196 miliar dollar AS.

Lalu utang dari sektor swasta dan BUMN hampir mencapai 220 miliar dollar AS.

"Ketika ini digabung, maka ke depan kita bisa mengalami suatu persoalan yang sangat serius," ujar Hasto.

Apalagi ditambah dengan praktik nepotisme di kalangan keluarga dan kerabat dekat Jokowi yang saat ini menguat.

Sebagaimana diketahui, PDIP merupakan partai politik pengusung utama Gibran Rakabuming dalam Pilkada Solo 2020 lalu.

Namun, Gibran dan PDIP kini justru berpisah jalan.

Terutama setelah Gibran menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto hingga akhirnya memenangkan Pilpres 2024.

Padahal, PDIP telah lebih dulu mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pilpres 2024.

Gerindra Sebut Hasto Bukan Contoh Baik

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman menyentil sosok Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. 

Hal itu menyikapi sindiran Hasto yang menyebut PDI Perjuangan (PDIP) Khilaf mencalonkan Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wali Kota Solo pada 2020 Lalu.

Hasto juga sempat menyentil Gibran yang diibaratkan sopir truk yang menyebabkan kecelakaan di Gerbang Tol Halim Utama, Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Habiburokhman menilai, Hasto adalah sosok yang berjiwa kerdil.

"Dengan pernyataan tersebut, kami melihat Pak Hasto adalah sosok yang berjiwa kerdil, seorang politisi yang tidak bisa melihat kekalahan secara gentleman," ujar Habiburokhman, Minggu (31/3/2024) dikutip dari YouTube KompasTV. 

Menurut Habiburokhman, sikap Hasto tak mencerminkan seorang negarawan yang seharusnya menunjukkan sikap saling menghormati sesama kompetitor.

"Dia tidak sebagai kapastitas sebagai seorang negarawan yang harusnya menunjukkan sikap respect terhadap kompetititor," tuturnya. 

Ia pun menilai, Hasto bukan-lah sosok contoh yang baik bagi generasi muda. 

"Pak Hasto ini bukan contoh yang baik buat generasi muda dan kita semua," kata Habiburokhman. 

Sebelumnya, Hasto menyamakan Gibran dengan sopir truk yang menyebabkan kecelakaan beruntun di GT Halim. 

Hasto mengatakan, sopir truk tersebut masih berusia 17 tahun serta belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Ia menekankan pentingnya kedewasaan bagi seseorang untuk mengemban jabatan tertentu.

"Ini sebagai contoh bagaimana ketika orang hanya berorientasi pada hasil, (sementara) proses, usia itu diabaikan, maka ini juga berbahaya," kata Hasto dalam sebuah diskusi daring pada Sabtu (30/3/2024).

Ia kemudian mengkaitkan dengan dinamika dan persoalan di negara saat ini. 

Menurutnya, mengelola suatu negara sebesar Indonesia dengan segala persoalan adalah urusan yang kompleks.

Sehingga, bagi Hasto, diperlukan adanya sosok yang matang dan cukup dewasa untuk mengurusi PR itu.  

"Masalah ekonomi, masalah sosial, persoalan geopolitik, persoalan kemiskinan, persoalan egoisme agama yang juga masih sering kali menjadi persoalan terkait dengan mental spiritual kita," ujarnya.

"Di tengah-tengah itu muncul suatu tampilan bagaimana seorang anak presiden yang batas usia belum mencukupi, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi," ucap Hasto.

(Tribunlampung.co.id/Tribunnews) 

 

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved