Berita Terkini Nasional

Ernita Dengar Suara Air Sungai bak Tsunami Saat Banjir Lahar Dingin Sumbar

Gemuruh air terdengar keras dari hulu Gunung Singgalang, membuat Ernita mengira jika suara air sungai tersebut tsunami yang akan menerjang rumahnya.

AP/Sutan Malik Kayo via Tribunnews.com
Foto udara menunjukkan bangunan-bangunan rusak akibat banjir bandang di Tanah Datar, Sumatera Barat, Indonesia, Minggu, 12 Mei 2024. Gemuruh air terdengar keras dari hulu Gunung Singgalang, membuat Ernita (56) mengira jika suara air sungai tersebut tsunami yang akan menerjang rumahnya. 

Tribunlampung.co.id, Pandai Sikek - Gemuruh air terdengar keras dari hulu Gunung Singgalang, membuat Ernita (56) mengira jika suara air sungai tersebut tsunami yang akan menerjang rumahnya.

Suara air sungai yang terdengar keras tersebut ternyata merupakan detik-detik terjadinya banjir lahar dingin atau galodo yang menerjang sejumlah wilayah di Sumatera Barat.

Diketahui, insiden banjir lahar dingin tersebut terjadi pada Sabtu (11/5/2024) malam dan sekira pukul 10.00 WIB, banjir lahar dingin itu sampai ke pemukiman warga di Jalan Raya Canduang, Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Ibu dua anak itu sudah sempat tertidur beruntung tetangganya Suharyanti membangunkan.

“Tetangga saya bilang kalau air sungai semakin deras lebih baik pindah,” aku Ernita kepada Tribun Network, Rabu (15/5/2024).

Nahas, tetangga Ernita itu meninggal dunia akibat kepalanya pusing dan terbentur keras ke lantai.

Ernita tidak bisa berbuat banyak ketika tetangganya tersebut terjatuh karena kondisinya semakin kalut.

Gemuruh air terdengar keras dari hulu Gunung Singgalang.

“Seperti tsunami suaranya dalam pikiran saya ini sudah seperti kiamat,” ungkapnya.

Dia kemudian bergegas pergi ke rumah saudaranya yang jauh dari sungai.

Selama satu setangah jam banjir bandang itu menyapu daerah Jorong Pagu-Pagu, Nagari Pandai Sikek.

Tempat singgah Ernita kini hancur, barang-barang perabotannya ikut terbawa arus banjir bandang

Rumah tetangganya rata dengan tanah, satu keluarga meninggal dunia.

Jenazahnya sudah ditemukan di muara Lembah Anai.

“Hanya tersisa satu anaknya Jefri yang kebetulan tidak ada di rumah. Lima keluarganya meninggal,” tutur Ernita.

Ernita mengaku bersyukur masih diberikan keselamatan hidup.

Hingga kini dia masih merasakan trauma mendalam bahkan khawatir setiap hujan deras kembali terjadi.

Dirinya berharap pemerintah dapat memberikan bantuan revitalisasi rumah yang kini hancur.

Untuk sementara ini, Ernita tinggal di kedai tempat usahanya yang tidak jauh dari rumahnya.

Banjir bandang yang menghantam daerah Jorong Pagu-pagu, Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat itu mengakibatkan enam orang meninggal dunia, dan dua orang hilang.

Bala Bantuan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (15/5/2024) baru saja mendirikan posko untuk korban bencana banjir bandang di Nagari Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar.

Posko itu difungsikan untuk pengungsian, bantuan obat-obatan.

Bantuan lainnya juga berupaya air bersih yang diperlukan oleh para korban.

Selain itu juga terdapat dapur umum yang telah disediakan.

Sejumlah warga dibantu TNI/Polri tampak bergotong royong membersikan sisa-sisa bebatuan lumpur pasca banjir longsor.

Sungai yang hancur akibat dihantam banjir bandang juga mulai diperbaiki.

UPDATE Bencana Banjir Lahar Dingin Sumbar, 20 Masih Hilang, 67 Meninggal Dunia

Diberitakan sebelumnya, update terbaru dari insiden banjir lahar dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat ( Sumbar ), korban meninggal menjadi 67 orang dan 20 orang masih dinyatakan hilang.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB menyebut, jumlah tersebut berdasarkan data hingga Kamis, 16 Mei 2024 pukul 17.00 WIB.

Sementara 3 orang korban meninggal dunia hingga kini belum teridentifikasi dan masih berada di RSUD Sijunjung.

Kemudian, terdapat 989 kepala keluarga (KK) terdampak, serta 40 orang mengalami luka-luka.

Adapun jika dirinci berdasarkan wilayah, korban jiwa di Kabupaten Agam meninggal dunia sebanyak 22 jiwa, Kota Padang Panjang 2 jiwa.

Lalu Kabupaten Tanah Datar 29 jiwa, Kabupaten Padang Pariaman 12 jiwa, Kabupaten Limapuluh Kota tidak ada yang meninggal namun 1.995 jiwa terdampak, dan di Kota Padang 2 jiwa meninggal dunia.

Sementara itu, di samping proses perencanaan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan, pemerintah melalui tim gabungan juga terus mengupayakan pencarian dan evakuasi korban jiwa.

"Hari kelima disampaikan data terbaru, sehingga kita masih punya waktu satu hari berdasarkan golden time."

"Tentu kita harus berdialog dengan ahli waris dan keluarga ditinggal apakah 20 orang ini sudah diikhlaskan atau belum."

"Sehingga kalau terima kita bisa hentikan pencarian dan evakuasi tapi kalau minta tetap dicari kita harus masih cari."

"Negara memberikan anggaran pencarian itu batasnya enam hari setelah itu di kaver BNPB jadi tidak perlu khawatir," jelas Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto pada rapat koordinasi, Kamis (16/5/2024).

Mengingat proses penanganan tanggap darurat hingga masa transisi diperkirakan masih berlangsung beberapa hari ke depan, Suharyanto juga meminta agar pemerintah daerah lebih bijak dalam mengatur pendistribusian bantuan permakanan dan kebutuhan dasar kepada masyarakat.

"Sembako permakanan melimpah, tolong dilihat kebutuhan yang lain seperti kebutuhan wanita, anak-anak, dan alat kebersihan, harus diadakan kalau kekurangan harus segera laporkan ke BNPB," pungkas Suharyanto.

Cerita Perjuangan Arnis dan Istri Selamatkan Diri dari Banjir Lahar Dingin di Sumbar

Cerita Arnis bersama sang istri kala berjuang menyelamatkan diri dari insiden banjir lahar dingin yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat.

Diketahui, insiden banjir lahar dingin Gunung Marapi yang menerjang sejumlah wilayah di Sumatera Barat tersebut terjadi pada Sabtu (11/5/2024).

Arnis, warga Kapalo Koto, Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat (Sumbar), menjadi satu di antara korban selamat dari insiden banjir bandang lahar dingin tersebut.

Kepada TribunPadang.com, ia menceritakan perjuangannya dan sang istri untuk menyelamatkan diri.

Pada Sabtu malam tersebut, ia sedang berada di dalam kamarnya dan hendak tidur.

Namun, tiba-tiba ada suara air bercampur batu di belakang rumahnya.

"Suaranya cukup keras dan mengganggu, sehingga saya sudah waspada," ujarnya.

Benar saja, saat membuka tirai jendela kamar, air sudah hampir setinggi pintu jendela kamarnya.

Ia dan istrinya pun was-was hingga mendengar suara rumah roboh di bagian belakang rumahnya.

Saat hujan mulai reda, ia mendengar suara orang minta tolong.

Arnis melangkah ke luar, bersama doa, ia menyibak air setinggi paha menuju sumber suara.

"Di sebelah ada ibu dan anak yang minta tolong, tapi tidak bisa saya bantu karena air sangat deras," kata Arnis.

"Umi tunggu di sana saja, saya tidak bisa tolong umi," kata Arnis mencontohkan percakapan terakhirnya.

Tak lama kemudian, tembok rumah samping rumahnya jebol, tetangga beserta rumahnya hanyut terbawa banjir.

Masih di tengah terjangan banjir, ia pun berusaha menggapai tiang yang berada cukup tinggi di dalam garasi rumahnya sambil bertahan dari terjangan banjir bandang.

"Saya tidak bisa langsung mengangkat badan untuk naik ke rumah, harus menunggu beberapa saat," lanjut Arnis.

Ia pun berusaha untuk bertahan di tengah hantaman air yang menerobos rumahnya.

Istrinya pun sudah tak terlihat lagi, namun sayup-sayup terdengar ada teriakan minta tolong.

Dengan sisa tenaga, Arnis yang sudah diselimuti lumpur naik ke atas rumah.

Dan benar saja, istrinya sudah berada di atas rumah dalam kondisi kakinya terjepit material.

Dengan sigap Arnis mengeluarkan kaki istrnya dan mereka turun untuk mencari tempat yang lebih aman, memegangi pagar besi, yang menurut mereka kuat untuk jadi sandaran.

"Airnya bisa mencapai empat meter, sangat besar dan makin ke bawah air makin besar karena menghantam rumah-rumah warga yang ia lewati," ujarnya.

30 menit berlalu, air mulai surut.

Warga pun mulai berani keluar dari rumah.

Di saat itu, Arnis mulai minta tolong hingga akhirnya ia dievakuasi.

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / Tribunnews.com )

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved