Berita Lampung
Kisah Pilu Pria Kalianda Meninggal di Kamboja, Dipekerjakan sebagai Scammer dan Jayani Tidak Digaji
Ahmad Jayani (36), pria asal Desa Taman Agung, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, meninggal dunia di negeri orang.
Penulis: Dominius Desmantri Barus | Editor: Teguh Prasetyo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG SELATAN - Ahmad Jayani (36), pria asal Desa Taman Agung, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, meninggal dunia di negeri orang.
Namun, jasadnya terancam tidak bisa dipulangkan ke kampung halamannya.
Jayani dikabarkan mengembuskan napas terakhir di Kamboja, Sabtu (11/5/2024).
Artinya, hampir tiga pekan jasadnya tertahan di sana.
Kepada Tribun Lampung, ibu korban, Janah (60), mengatakan, pihak keluarga diminta uang Rp 124 juta agar jasad Jayani dapat dipulangkan ke Indonesia.
Namun, keluarga korban mengalami keterbatasan biaya sehingga cuma bisa pasrah.
"Jasadnya sudah tiga minggu di sana. Kami disuruh berangkat ke sana. Katanya nanti ongkos, biaya makan, dan penginapan dibayari. Saya diminta bawa satu orang buat saksi," beber Janah, Minggu (2/6/2024).
"Jenazah katanya akan dimakamkan di sana. Kalau mau dibawa ke Indonesia, saya harus bayar Rp 124 juta. Saya nggak punya uang. Sehari-hari aja pas-pasan. Saya sempat berpikir kalau ada, udah saya jual supaya jenazah anak saya bisa dibawa pulang," sambungnya.
Ia pun berharap pihak KBRI bisa membantu memulangkan jenazah anaknya.
"Kami diberi batas waktu sampai Sabtu (1/6/2024) kemarin buat menentukan siapa yang berangkat ke sana. Tapi saya belum memutuskan. Saya berharap KBRI bisa membantu memulangkan jenazah anak saya. Soalnya nanti kalau kami mau ziarah ke makamnya gimana," ujarnya.
Janah mengatakan, anaknya bekerja sebagai scammer di Kamboja.
Jayani sendiri diduga menjadi korban perdagangan manusia.
Dikutip dari laman djkn.kemenkeu.go.id, scammer adalah orang yang melakukan upaya penipuan, biasanya dilakukan oleh sekelompok, individu atau perusahaan yang dilakukan melalui internet.
Biasanya aksi penipuan scammer ini berkedok penjualan suatu produk, penawaran hadiah, penipuan pinjaman, penawaran kerjasama yang menjanjikan keuntungan dan lain-lain.
"Tadinya mah dia ngomong sama saya itu kerjanya itu ngawasin situs judi online. Ternyata bukan. Nggak tahunya mah jadi scammer," ujarnya.
Ia menyebut, anaknya dibawa ke Kamboja karena ditawari seseorang asal Lampung Timur.
"Teman yang bawa dia itu namanya Hani, orang Lampung Timur. Anak saya kan ngojek-ngojek gitu. Jadi pernah nganter dia berapa kali. Di situ mereka kenalnya kayaknya," ujarnya.
"Pas bulan gini juga, tapi tahun kemarin. Dia (Hani) itu nawarin anak saya. Katanya dia mau berangkat lagi nih ke sana (Kamboja). Katanya bulan 12 itu dia mau berangkat ke sana lagi. Anak saya ini diajaklah," jelas Janah.
Ia bercerita, saat itu anaknya izin pergi kerja ke Kamboja hanya selama enam bulan.
"Terus anak saya ini pamit katanya mau ikut sama dia (Hani), mau ke Kamboja. Kata dia nggak lama kok. Kontraknya cuma enam bulan aja. Makanya saya izinkan. Karena pikir saya enam bulan itu kan nggak lama. Nggak tahunya dia di sana sakit. Nggak kebayang sama saya dapat kabar kayak gini," ungkap Janah.
Ia menerangkan, selama bekerja di Kamboja sebagai scammer, anaknya mengaku tidak pernah dibayar.
Bahkan, ia menyebut anaknya sering minta ditransfer uang oleh adiknya untuk makan.
Setelah sekian lama di Kamboja, korban mulah mengeluhkan batuk.
"Dia nggak pernah cerita sakitnya apa. Dia ngomongnya cuma batuk. Saya sampai kasihan sama dia. Saya suruh berobat. Tapi dia bilang nggak ada (uang) di sini buat beli obat. Temennya itu sempet ngomong ke saya. Dia itu (korban) nggak mau makan. Kerjaannya minum es aja," sambungnya.
Jatuh di Kamar Mandi
Menurut informasi, Jayani meninggal dunia karena terjatuh di kamar mandi.
Korban lantas dibawa ke rumah sakit dalam kondisi tidak sadarkan diri dan koma.
Tak berselang lama, pihak rumah sakit menyatakan korban meninggal dunia.
"Temennya almarhum ini cerita, katanya anak saya itu kan mandi. Terus katanya dia pamit sama temen-temennya, ‘jangan ganggu ya, saya mau tidur.’ Setelah itu dia tidur," tutur Janah.
"Terus jam 9 paginya itu, katanya anak saya ini mandi lagi. Terus katanya dia jatuh di kamar mandi lalu dibawa ke rumah sakit. Kami dikabarinya katanya dia sudah koma. Kami dikabarin jam 1 siang. Kemudian jam 5 sorenya kami dikabarin dia sudah meninggal," sambungnya.
Selama bekerja di Kamboja, Jayani sering mengeluh sakit batuk.
"Dia meninggal karena sakit. Katanya dia itu mengeluh batuk. Kejadiannya nggak lama-lama banget sih, dari dia bilang sakit sampe meninggal. Dia nggak ada ngomong sih kalau ada penyakit lain. Pas lagi video call, dia lagi batuk. Dia sering bilang nggak enak badan. Terakhir video call-an dia udah nggak ngomong. Besoknya dia meninggal," katanya.
"Pagi harinya sebelum sorenya dia dikabari meninggal itu dia sempat telepon ke kakaknya. Karena saya kan nggak pegang HP. Kami nggak tahu kalau dia lagi sakit. Baru udah kayak gini saya baru dikabarin kalau dia udah meninggal dunia," sambungnya.
Menurut keterangan rumah sakit, anaknya meninggal karena sakit jantung dan paru-paru.
Lantas Janah pun bertanya-tanya. Karena menurut sepengetahuannya, Jayani tidak merokok dan tidak suka minum kopi.
"Kalau kata dokter sih penyebab meninggalnya katanya karena dia sakit jantung sama paru-paru. Bukan karena efek dia jatuh itu. Katanya bukan karena itu," ujarnya.
"Soalnya kalau kata temannya yang bernama Ridwan, yang mengantar dia ke rumah sakit, dia jatuhnya nggak baring atau nggak tengkurap. Cuma kayak posisi sujud gitu. Temennya yang ngurusin dia itu cerita ke saya," ucap Janah.
Jayani sempat mengalami koma sebelum meninggal.
"Komanya sehari. Dari jam 9 pagi itu kejadiannya, jam 5 sorenya dikabarin kalau dia meninggal dunia. Orang saya dikabarinnya jam 1 siang, jam 5 sorenya dia meninggal. Kalau sampe hari ini berarti sudah 3 mingguan," ujarnya.
Janah juga berujar, Jayani dikenal sebagai sosok yang baik dan tulang punggung keluarganya.
Dia menyebut, Jayani sudah bekerja seusai lulus sekolah.
"Dari lulus sekolah sampe sekitar 15 tahunan, anak saya bekerja di diler sebagai marketing. Setelah itu dia keluar. Hampir semua pekerjaan pernah dia kerjakan karena dia tulang punggung keluarga," ujar Janah.
"Dia pernah juga ikut temannya, kerja di hotel di Cilegon. Gajinya cuma Rp 600 ribu. Karena nggak cukup memenuhi kebutuhan, dia keluar. Terus dibawa temennya ke Tangerang, kerja bangunan. Nggak betah, keluar. Terus pernah kerja diminum-minuman gitu, terus keluar. Nggak tahan kerja di luar, dia pulang ke sini. Terus jadi kurir paket di sini, paket Lion Parcel. Sambil ngojek juga," sambungnya.
Janah menyebut, sebelum meninggal Jayani sempat mengirim uang kepadanya.
Uang tersebut untuk dibelikan ambal untuk acara peringatan empat tahun meninggalnya sang ayah.
"Sebelum meninggal dia sempat ada ngirim uang Rp 1 juta. Katanya buat haul (peringatan) empat tahun meninggal ayahnya. Kan ayahnya meninggal bulan 5 juga," ujar Janah.
Dia menyebut, Jayani juga minta dimasakkan makanan.
"Dia minta dibuatkan rempeyek, sayur asam, dan seruit ikan. Saya mah siap aja. Tapi malah dapat kabar begini," pungkasnya. (tribunlampung.co.id/dominius desmantri barus)
Pemkot Pagaralam Bakal Tiru Program Kesehatan Kota Bandar Lampung |
![]() |
---|
Viral Jembatan Gantung di Pesawaran Rusak, Camat Gedongtataan Beri Penjelasan |
![]() |
---|
Begini Modus Oknum LSM Peras Direktur RSUDAM Rp 20 Juta |
![]() |
---|
Korsleting Listrik Bikin Kandang Ayam di Pringsewu Ludes Terbakar |
![]() |
---|
Dua Pelaku Curanmor di Lampung Bereaksi Saat Tepergok dan Diteriaki Warga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.