Universitas Lampung

Tim PKM-K Unila Lahirkan Inovasi Permen Jelly Pereda Insomnia

Tim PKM-K Unila kembali mencuri perhatian dengan inovasi terbarunya, Lyca, permen jelly pereda insomnia yang dirancang khusus untuk generasi z.

Istimewa
Tim PKM-K Unila kembali mencuri perhatian dengan inovasi terbarunya, Lyca, permen jelly pereda insomnia yang dirancang khusus untuk generasi z. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Lampung (Unila) kembali mencuri perhatian dengan inovasi terbarunya, Lyca, permen jelly pereda insomnia yang dirancang khusus untuk generasi z.

Dipimpin Nisrina Ageng Fatikha Sari dari program studi teknologi industri pertanian angkatan 2023, tim terdiri dari Fran Denis Sitohang, Muhammad Hibban Fadlurrohman Ayyasy, Muhammad Rafliansyah, serta Rosa Arum Kinasih.

Mereka mendapat bimbingan dari dosen Diki Danar Tri Winanti, S.T.P., M.Si.

Lyca adalah permen jelly yang terbuat dari ekstrak daun centella asiatica sebagai bahan utama. Bahan lainnya meliputi gelatin sapi, gula stevia, asam sitrat, dan pewarna makanan.

Produk ini dirancang sebagai solusi praktis dan sehat untuk mengatasi masalah insomnia yang banyak dialami generasi muda saat ini.

Saat diwawancara pada Selasa, 9 Juli 2024, Nisrina menjelaskan, inspirasi menciptakan produk ini berawal dari banyaknya gen-z yang kesulitan tidur dan menghabiskan banyak waktu di media sosial.

“Kami ingin membuat inovasi agar bisa membantu gen-z yang mengalami insomnia,” ujarnya.

Pemilihan daun centella asiatica sebagai bahan utama didasarkan pada berbagai manfaat kesehatannya yang belum banyak dimanfaatkan.

“Kami melihat daun centella asiatica dikenal sebagai tanaman liar yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal, tanaman tersebut memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan,” jelas Fran.

Proses penelitian dan pengembangan Lyca dimulai dari riset tentang fungsi dan kegunaan daun pegagan melalui jurnal-jurnal ilmiah.

Tim kemudian melakukan trial and error beberapa kali, hingga menemukan formula yang diinginkan.

Muhammad Hibban menjelaskan, timnya membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk menemukan formula yang tepat.

“Hingga saat ini kami masih terus mengimprovisasi resep berdasarkan feedback dari para pembeli,” katanya.

Tantangan terbesar yang dihadapi tim adalah menemukan formulasi terbaik.

“Kami mencoba berkali-kali dan membaca dari berbagai sumber hingga berkonsultasi dengan dosen pembimbing kami,” ungkap Muhammad Rafliansyah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved