Berita Nasional
Cara Unik Warga Gunungkidul Cegah Telaga Kering, Taburkan Kotoran Sapi dan Tanah Lempung
Warga Desa Jetis, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta punya cara unik untuk mencegah air telaga mengering.
Tribunlampung.co.id, Yogyakarta - Warga Desa Jetis, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta punya cara unik untuk mencegah air telaga mengering.
Mereka memanfaatkan kotoran sapi dan tanah lempung agar sumber air tersebut tetap bisa diandalkan dalam kondisi kemarau seperti sekarang ini.
Adalah Ikatan Pemuda Padukuhan Dondong dan Resan Gunungkidul yang punya ide tak biasa untuk menghindari telaga mengering.
Mereka menaburkan kotoran sapi dan tanah lempung di Telaga Dondong yang ada di Desa Jetis, Saptosari.
Telaga ini telah mengalami pengeringan akibat kemarau yang berkepanjangan.
Salah satu pegiat Resan Gunungkidul, Edi Padmo, menjelaskan bahwa komunitasnya bersama Ikatan Pemuda Padukuhan Dondong, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari, telah melaksanakan kegiatan ini beberapa waktu lalu.
"Upaya ini bertujuan agar air hujan yang ditampung telaga tidak cepat mengering," ujar Edi, Minggu (27/10/2024).
Menurut Edi, campuran kotoran sapi dan lempung diyakini dapat menumbuhkan kembali 'lemi' atau endapan di dasar telaga.
"Cara tradisional ini lebih murah dibandingkan dengan menggunakan geomembran," tambahnya.
Kegiatan ini bukan pertama kali dilakukan. Pada tahun lalu, metode yang sama juga diterapkan di Telaga Lemahmendhak, Padukuhan Mranggen, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu.
Edi mengungkapkan, saat itu warga sambil mencari ikan menginjak-injak telaga yang hampir mengering.
"Cara tradisional ini diyakini dapat menahan air ketika telaga terisi saat musim penghujan," ucap dia.
Edi menjelaskan, telaga memiliki peranan penting bagi masyarakat Gunungkidul di masa lalu.
Telaga menyimpan air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari mandi hingga pertanian.
Namun, saat ini, telaga jarang dimanfaatkan karena hanya dalam beberapa pekan tanpa hujan sudah mengering.
Sebagai langkah tambahan, upaya penghijauan di sekitar telaga terus dilakukan dengan menanam pohon perindang.
"Telaga dapat menyimpan air dalam waktu lama karena berbagai faktor, termasuk sifat fisik dan kimia dari sedimen yang ada di dasar telaga," jelas Edi.
"Sekarang kebanyakan telaga mengering setelah sebulan tidak hujan," tambahnya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mencatat ada 341 telaga yang mengalami pengeringan.
Angka itu merupakan sekitar 95 persen dari total 359 telaga yang ada di 19 Kapanewon.
"Secara jumlah kami tidak bisa hitung berapa yang kering, namun pantauan kami di lokasi sekitar 95 persen dalam kondisi kering," kata Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul Sigit Swastono, di Wonosari, Jumat (18/10/2024).
Sigit menambahkan, telaga yang masih menyimpan air di Gunungkidul antara lain telaga Jonge di Semanu, Ngomang di Saptosari, Winong di Saptosari, dan Thowet di Panggang.
Telaga-telaga ini masih dapat bertahan karena memiliki sumber air. Sementara banyak telaga lainnya hanya mengandalkan air hujan. (Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.