UMKM Lampung

Windu Kopi dan Roastery Tawarkan Kopi Robusta dan Arabika Lokal Lampung

Salah satu yang memanfaatkan bisnis kopi Robusta dan Arabika di Lampung adalah Tubagus Arvin, pemilik Windu Kopi dan Roastery.

Penulis: Fenty Novianti | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Fenty Novianti
Windu Kopi dan Roastery. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Lampung merupakan salah satu provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia.

Terutama kopi Robusta yang banyak ditanam di wilayah seperti Liwa, Tanggamus, dan Sekincau.

Selain Robusta, Lampung juga memiliki potensi besar dalam produksi kopi Arabika. 

Salah satu yang memanfaatkan bisnis kopi Robusta dan Arabika di Lampung adalah Tubagus Arvin, pemilik Windu Kopi dan Roastery yang beralamat di Jalan Kelinci, No.16, Kedaton, Bandar Lampung

Perjalanan Arvin untuk mendirikan dan mengembangkan bisnis kopi ini tidak semudah yang dibayangkan.

Dari seorang mahasiswa jurusan Pertanian, pria yang disapa Arvin ini ini memiliki kisah tersendiri dalam perjalanannya berbisnis kopi

Windu Kopi and Roastery dimulai sejak tahun 2018, kala itu Arvin tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Ulubelu, Tanggamus.

Selama KKN, Arvin berkesempatan berinteraksi langsung dengan petani kopi di daerah tersebut.

Dari sana, ia mulai belajar tentang kopi dan bagaimana mengolahnya. 

"Sebenarnya, usaha kopi ini masih berhubungan dengan latar belakang saya di jurusan pertanian. Begitu selesai KKN, saya ingin langsung ingin punya bisnis sendiri," ujar Arvin kepada Tribun Lampung, Senin (25/11/2024). 

Meskipun baru mulai serius berbisnis kopi setelah lulus kuliah, Arvin mulai memikirkan untuk membangun sebuah usaha kopi yang tidak hanya mengandalkan kopi dari daerah lain, tetapi juga untuk memberdayakan para petani kopi lokal. 

Tanpa mesin roasting, Arvin awalnya membeli biji kopi dari daerah Ulubelu dan menggunakan jasa roasting di tempat lain.

“Setelah lulus udah ada tempat bisnis dan udah ada uangnya. Sebelum punya mesin untuk awal-awal kita masih 25-50 kilo dalam seminggu biji kopi,” ujarnya. 

Modal awal untuk memulai bisnis kopi berasal dari memanfaatkan relasi yang sudah ada. 

"Dulu, harga kopi masih sekitar Rp 18 ribu per kilogram. Kami melihat peluang itu dan memutuskan untuk mulai bisnis kopi bubuk. Saya juga mengajak petani lokal untuk bersama-sama memiliki brand kopi mereka sendiri," kata Arvin.

(Tribunlampung.co.id / Fenty Novianti)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved