Berita Terkini Nasional

Suami Sindi Dibebaskan Polisi, Sempat Ditahan 1x24 Jam karena Diduga Sekap Istri

WS suami dari Sindi Purnama Sari, sempat diamankan polisi selama 1x24 jam atas dugaan penyekapan dan penelantaran yang menyebabkan istrinya meninggal.

Sripoku.com / HO
Foto ilustrasi, Sindi Purnama Sari semasa hidup. | WS, suami dari Sindi Purnama Sari, sempat diamankan oleh pihak kepolisian selama 1x24 jam atas dugaan penyekapan dan penelantaran yang menyebabkan istrinya meninggal dunia. 

Tribunlampung.co.id, Palembang - WS, suami dari Sindi Purnama Sari, sempat diamankan oleh pihak kepolisian selama 1x24 jam atas dugaan penyekapan dan penelantaran yang menyebabkan istrinya meninggal dunia.

Namun, WS kemudian dibebaskan kembali karena kurangnya alat bukti.

Sindi Purnama Sari menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Hermina Palembang pada Kamis (23/1/2025), sekitar pukul 12.30 WIB.

Sebelumnya, pada Selasa (21/1/2025), sekitar pukul 18.00 WIB, kakak korban, Purwanto, menerima telepon dari WS yang memintanya untuk segera datang ke rumah karena situasi darurat.

"Awalnya kami ditelepon oleh terlapor dan disuruh datang ke rumah karena dalam keadaan urgent," ungkap Purwanto kepada Sripoku.com, Senin (27/1/2025) siang.

Setibanya di rumah adiknya, Purwanto mendapati kerumunan warga yang menggambarkan kondisi korban seperti "buntang hidup" dan berbau busuk.

"Karena ramai, saya dan keluarga panik dan langsung masuk ke dalam rumah," ujarnya.

Purwanto menceritakan kondisi adiknya yang sangat memprihatinkan saat ditemukan di dalam kamar.

 Sindi Purnama Sari seorang ibu rumah tangga di Palembang meninggal dunia diduga disekap dan ditelantarkan suaminya, beberapa waktu lalu. (handout)
 
"Setelah di dalam kamar, kami melihat kondisi saudara saya dengan rambut gimbal banyak kutu, badan kurus tinggal tulang. Keluarga langsung membawanya ke RS Hermina," ungkapnya.

Setelah melaporkan kejadian tersebut, pihak keluarga mengetahui bahwa WS sempat ditahan selama 1x24 jam oleh pihak kepolisian.

Namun, karena dianggap kurangnya alat bukti, WS akhirnya dibebaskan. Hal ini menimbulkan kekecewaan dan harapan dari pihak keluarga agar kasus ini diusut tuntas.

Pihak keluarga sangat berharap agar pihak kepolisian segera mengungkap tabir kematian Sindi dan menyeret WS ke pengadilan.

"Kami pihak keluarga berharap terlapor ini diadili karena sudah melakukan penelantaran hingga korban meninggal dunia, apalagi sudah disekap di kamar," harap Purwanto, seraya menambahkan harapan agar pelaku dihukum setimpal dengan perbuatannya.

Kasus ini masih menyisakan pertanyaan dan pihak keluarga terus berupaya mencari keadilan atas meninggalnya Sindi.

Curhatan Sindi 

Saat dirawat di ruang ICU dengan alat medis lengkap, Sindi sempat berucap, "Wahyu jahat, dia jahat, dia selalu ngancam, Sindi nak balek (Sindi mau pulang)," ungkap Purwanto (32) dan Putra (30), kakak kandung korban, menirukan kata-kata terakhir Sindi di RS Hermina, Palembang.

Purwanto menceritakan bahwa permasalahan Sindi dan suaminya mulai diketahui keluarga pada Februari 2024.

Kala itu, orang tua mereka merasa rindu dan meminta Putra (30) untuk menjemput Sindi di rumahnya.

"Aku jemput dia pak. Dari rumahnya tetapi saat itu suaminya tidak ikut," ungkap Putra.

Setibanya di rumah, Sindi bercerita bahwa ia tidak diberi makan oleh suaminya.

Bahkan, setiap kali memasak, Sindi hanya diperintahkan untuk memasak nasi satu canting saja, yang hanya diperuntukkan bagi suaminya.

"Jadi dari cerita Sindi, dia ini tidak diberikan makan. Dan jika masak di rumah hanya masak nasi 1 canting dan hanya untuk suaminya saja," ungkap Putra mengulang cerita Sindi.

Mendengar pengakuan tersebut, keluarga merasa iba dan meminta Sindi untuk tinggal di rumah mereka.

"Tetapi Sindi sorenya langsung dijemput oleh sang suaminya. Kami pun tidak bisa berbuat banyak," kata Putra, karena Sindi bersedia diajak pulang.

Selang beberapa hari, sekitar seminggu kemudian, keluarga kembali menjemput Sindi dan mengajaknya menginap di rumah.

"Nah saat itu Sindi mau tidur di rumah. Kemudian setelah menginap di rumah satu hari, kembali suaminya menjemput," lanjutnya.

Saat itulah, terungkap sebuah pesan singkat WhatsApp yang dikirim Sindi kepada kakak perempuannya. Pesan tersebut berisi:

 "Iyo yuk bantu doanya juga yuk kalo Bae nak berubah nian budak itu. Kalo dia masih dak berubah juga ke depa nyo aku janji aku langsung balek ke rumah ibu tanpa di jemput" (Iya kak bantu doanya juga ya kalau dia benar-benar mau berubah. Kalau dia masih tidak berubah juga ke depannya aku janji aku langsung pulang ke rumah ibu tanpa dijemput).

Dalam pesan selanjutnya, Sindi juga menulis: "Maafke aku tim mungkin aku sudah ngecewake Ayuk sama mas putra dan yang lain dengan ngasih dia kesempatan lagi. Bantu doa yuk aku mohon supaya kalau Bae kali ini segalo sifat jahat Dio itu keluar dari badannya. Aku minta ridho nya yuk. Mohon niab kalu bae duo berubah. Alhamdulillah sekarang dia lah ngojek maxim kalua Bae ini bertahan lama Idak angat tai ayam"

(Maafkan aku tim mungkin aku sudah mengecewakan Kakak sama mas Putra dan yang lain dengan memberinya kesempatan lagi. Bantu doa ya aku mohon supaya kalau dia kali ini segala sifat jahatnya itu keluar dari badannya. Aku minta ridhonya ya. Mohon niat kalau dia berubah. Alhamdulillah sekarang dia sudah ngojek Maxim kalau ini bertahan lama tidak angat tai ayam).

"Nah inilah pak awal awalnya kami tahu ribut (permasalahan). Sindi dan terlapor ini menikah pada September 2020. Dan kami ketahui ada masalah pada bulan Februari 2022, diketahui ada masalah dengan sang suami," tutup Putra.

Curhatan pilu Sindi ini menjadi bukti kuat dugaan penelantaran dan penyekapan yang dialaminya sebelum meninggal dunia.

Tinggalkan Anak Berusia 3 Tahun 

Sindi, yang menikah dengan terlapor pada September 2020, meninggalkan seorang putra yang kini berusia tiga tahun.

"Ya pak kurang lebih 4 tahun pak adik saya ini menikah dengan terlapor pada bulan September 2020 lalu," ungkap Purwanto, Senin (27/1/2025) sore.

Purwanto menuturkan bahwa MAH terlihat mengalami trauma akibat perlakuan yang diduga dilakukan oleh terlapor.

"Saat adik saya hendak dibawa ke RS Hermina saat itu, banyak tetangga bercerita kepada kami, anaknya Sindi setiap hari ini menjerit-jerit ketakutan," ungkapnya.

Menurut penuturan tetangga, Sindi dan anaknya sering ditinggal berdua di dalam rumah dalam kondisi terkunci dari luar.

 "Tetangga bercerita banyak pak kepada kami, tetapi saat itu kami panik," kata Purwanto.

Saat itu, Purwanto dan keluarga langsung membawa MAH.

"MAH seperti ketakutan, dan saat digendong menyebut-nyebut 'Hantu, hantu, hantu, Abi, Abi, abi,' sambil menangis histeris," bebernya.

Kata "Abi" kemungkinan merujuk pada panggilan anak kepada ayahnya.

Kini, Purwanto mengatakan bahwa kondisi MAH sudah membaik dan mulai mau diajak berbicara.

"Alhamdulillah kondisi anaknya sudah membaik pak. Dan MAH ada di kami. Dan keadaan sehat," katanya.

Atas laporan yang telah dibuat kepada pihak kepolisian Polrestabes Palembang, Purwanto, mewakili keluarganya, berharap agar terlapor segera ditangkap dan diadili.

"Saya berharap pelaku ditangkap pak. Dan mempertanggungjawabkan atas ulahnya," harapnya

( Tribunlampung.co.id / Sripoku.com )

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved