Universitas Lampung 

Mahasiswa KKN Ubah Limbah jadi Berkah

Kotoran kambing dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN Unila menjadi pupuk kompos di Desa Srimenanti, Kecamatan Tanjung Raja, Lampung Utara.

Dokumentasi Unila
MANFAATKAN KOTORAN KAMBING - Kotoran kambing dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN Unila menjadi pupuk kompos di Desa Srimenanti, Kecamatan Tanjung Raja, Lampung Utara, Selasa (4/2/2025). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Kotoran kambing dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN Unila menjadi pupuk kompos di Desa Srimenanti, Kecamatan Tanjung Raja, Lampung Utara.

Inovasi ini diprakarsai tim KKN yang terdiri dari Ali Ramadhan, Sherly Ayu Damayanti, Angel Fristi, Harista Syafira Aziza, Vera Maria Margaretha Sihotang, Shannen Dravine Rudico, dan Aisyah Ramadhani dengan bimbingan Dr. La Zakaria, S.Si., M.Sc.

Ali Ramadhan, selaku penanggung jawab program kerja menjelaskan alasan pemilihan program pembuatan pupuk kompos dari kotoran kambing.

“Mayoritas masyarakat di Desa Srimenanti adalah peternak kambing dan petani. Oleh karena itu, kami ingin membantu mereka dalam mengelola limbah ternak menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Selain itu, pupuk kompos dapat meningkatkan kualitas tanah, mendukung pertanian organik, serta mudah dibuat dan diterapkan,” jelasnya di pekarangan rumah Sunardi, Ketua RT 03 Dusun 2 Proyek Desa Srimenanti, Selasa (4/2/2025).

Ali juga menjabarkan proses pembuatan pupuk kompos yang dimulai dari persiapan alat dan bahan seperti ember, air, EM4, molase atau larutan gula merah, kohe (kotoran hewan), dedaunan, serta drum atau wadah.

“Pertama, kami membuat larutan dari EM4, gula merah, dan air. Kemudian, dalam wadah, kohe disiram dengan larutan tersebut lalu ditumpuk dengan dedaunan. Proses ini diulang hingga drum penuh, dan untuk hasil fermentasinya sebulan lagi baru jadi,” tambahnya.

Antusiasme masyarakat terhadap program ini juga sangat tinggi. “Warga dan aparat desa sangat bersemangat mengikuti proses pembuatan pupuk kompos ini. Bahkan, alat dan bahan sebagian besar disiapkan oleh pihak desa, sehingga hasilnya bisa langsung dimanfaatkan oleh masyarakat,” ungkapnya

Manfaat utama pupuk kompos dibandingkan pupuk kimia sangatlah berbeda, pupuk kompos lebih ramah lingkungan, tidak menyebabkan kerusakan tanah, dan mendukung pertanian organik

Sebelum adanya program ini, Sunardi mengaku bahwa kotoran kambing hanya dibiarkan atau dijual kepada pihak lain yang membutuhkannya. Ia pernah mencoba membuat pupuk kompos sebelumnya, tetapi terhenti karena keterbatasan lahan.

Dengan adanya program ini, Sunardi mengaku sangat antusias karena manfaatnya besar bagi petani dan peternak di Desa Srimenanti.

“Tentu sangat bermanfaat, karena di desa ini banyak peternak kambing dan petani. Kotoran kambing bisa digunakan untuk membuat kompos, yang jauh lebih baik dibanding pupuk kimia. Prosesnya lebih singkat, hanya dalam sebulan sudah terlihat hasilnya, sedangkan pupuk kimia butuh waktu sekitar tiga bulan,” tutur Sunardi.

Namun, Sunardi juga mengakui tantangan utama dari produksi pupuk kompos adalah keterbatasan lahan untuk penyimpanannya. Meskipun begitu, ia berencana membagikan pupuk kompos yang dihasilkan kepada masyarakat sekitar.

“Nanti apabila pupuk komposnya sudah jadi, insyaallah akan dibagikan ke masyarakat entah satu orang seember atau bagaimana, karena menolong orang itu jangan tanggung-tanggung, harus totalitas,” ungkapnya.

Binton Butar-butar, Kaur Umum Desa Srimenanti, mengapresiasi program ini dan menilai bahwa inovasi ini berpotensi untuk dimasukkan dalam agenda pembangunan desa.

Melihat harga pupuk yang semakin mahal, pemanfaatan pupuk kompos dari kotoran kambing ini juga bisa menjadi alternatif yang ekonomis bagi masyarakat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved