Berita Terkini Nasional

Penjelasan SMAN 7 Cirebon Soal Pungli PIP, Nilainya Ditaksir Tembus Rp 100 Juta

Pihak SMAN 7 Cirebon angkat bicara terkait aduan salah satu siswi yang bongkar dugaan pungutan liar dana PIP (Program Indonesia Pintar).

Editor: Kiki Novilia
Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL
DUGAAN PUNGLI - Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, saat kunjungan ke SMAN 7 Cirebon karena adanya pungli PIP, Jumat (7/2/2025). Pihak SMAN 7 Cirebon angkat bicara terkait kasus aduan siswa bongkar dugaan pungutan liar dana PIP (Program Indonesia Pintar). Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Pihak SMAN 7 Cirebon angkat bicara terkait aduan salah satu siswi yang bongkar dugaan pungutan liar dana PIP (Program Indonesia Pintar).

Dugaan pungli itu dibongkar oleh Hanifah Kaliyah Ariij, siswi kelas 12 saat Gubernur terpilih Jawa Barat, Dedi Mulyadi berkunjung ke sekolahnya pada Jumat (7/2/2025).

Ia melaporkan berbagai pungutan di sekolahnya mulai dari SPP, uang bangunan, sumbangan untuk masjid, hingga potongan dana bantuan PIP (Program Indonesia Pintar).
 
PIP sendiri adalah bantuan pendidikan dari pemerintah berupa uang tunai untuk peserta didik yang berasal dari keluarga miskin atau rentan miskin.

Menanggapi hal tersebut, pihak SMAN 7 Cirebon pun menceritakan kronologinya kepada Dedi Mulyadi.

Pihak sekolah menjelaskan, ada orang partai yang mendatangi SMAN 7 Cirebon menawarkan dana PIP beberapa waktu lalu.

"Kebetulan waktu itu ada dari partai mau enggak ada dana PIP sekian, nanti saya harus ngomong dulu ke kepala sekolah boleh nggak," kata pihak sekolah yang dikutip dari Instagram @dedimulyadi71, Minggu (9/2/2025).

"Nanti saya kasih banyak mau gak, nanti saya bicarakan dengan kepala sekolah," lanjut dia.

Selang beberapa waktu, anggota partai tersebut datang lagi dan mengatakan sekolah lain pada mau.

Di tahun-tahun sebelumnya, dana PIP ini jika tidak diambil, akan kedaluwarsa dan dikembalikan ke nagara. 

Di tahun-tahun berikutnya kemungkinan kesempatan kemungkinan tidak bisa mendapatkan lagi.

"Setelah dirembuk-rembuk, oke kita ambil, tapi dipotong. Jadi pemotongan tersebut bukan untuk sekolah, mintanya (uang potongan) Rp 200.000," tutur pihak sekolah

Setelah ada kesepahaman, sekolah mengumpulkan anak-anak dan diminta untuk menyampaikannya kepada orang tua mereka.

"Kami kumpulkan semua, (kami katakan) ini ada mau gak PIP, tapi nanti ketika cair minta dipotong. Nanti sampaikan ke orang tua," tandas pihak SMAN 7 Cirebon tersebut. 

"Setelah dirembuk-rembuk, oke kita ambil, tapi dipotong. Jadi pemotongan tersebut bukan untuk sekolah, mintanya (uang potongan) Rp 200.000," tutur pihak sekolah

Setelah ada kesepahaman, sekolah mengumpulkan anak-anak dan diminta untuk menyampaikannya kepada orang tua mereka.

"Kami kumpulkan semua, (kami katakan) ini ada mau gak PIP, tapi nanti ketika cair minta dipotong. Nanti sampaikan ke orang tua," tandas pihak SMAN 7 Cirebon tersebut. 

Dedi kemudian bertanya, berapa orang di sekolah tersebut yang menerima. Kemudian dijawab 500 orang dan tidak ada kuitansi. 

"500 orang dikali Rp 200.000, Rp 100 juta," tutur Dedi Mulyadi.

Diwartakan sebelumnya, Hanifah bertemu dengan Dedi Mulyadi saat kasus SNBP di SMAN 7 Cirebon tengah viral.

Pria yang karib disapa Kang Dedi itu mendatangi SMAN 7 Cirebon untuk mengetahui alasan ratusan siswa di sekolah itu gagal mengikuti SNBP, seleksi masuk PTN berbasis nilai.

Di momen tersebut, Hanifah yang juga gagal ikut SNBP lantaran kesalahan sekolah pun tak menyia-nyiakan kesempatan.

Ia langsung mengadu ke Dedi Mulyadi saat berpapasan di depan ruang kelas.

Dalam aduannya itu, Hanifah menjabarkan dugaan pungli di sekolahnya sehingga ia dan ratusan temannya tidak utuh menerima dana PIP.

"PIP kita yang diambil. Harusnya kan tiap siswa dapat Rp 1,8 juta. Tapi ternyata kita itu diambil Rp 250 ribu untuk partai. Kita ke bank, di depan pintu ada guru dari TU buat ambil buku tabungan, pin, sama kartu kita. Angkatan kita juga dimintai uang gedung Rp 6,4 juta. Sebelumnya kita dimintai Rp 8,7 juta, orang tua enggak terima kalau kita harus bayar Rp 8 juta. SPP kita tiap bulan Rp 200 ribu," ungkap Hanifah.

Bukan cuma itu, Hanifah juga mengadukan perihal adanya permintaan uang pembelian buku dan juga sumbangan masjid.

Mendengar hal itu, Dedi Mulyadi terkejut sebab harusnya sekolah negeri tidak boleh memungut biaya SPP dan bayaran buku atau hal lainnya kepada siswa.

"Uang LKS Rp 300 ribuan ke atas. Kelas 10 juga kita ada sumbangan masjid, seharusnya kan seikhlasnya tapi dipatoki Rp150 ribu," pungkas Hanifah.

Sosok Hanifah

Lantaran keberaniannya membongkar dugaan pungli tersebut, Hanifah pun diundang Dedi Mulyadi ke kediamannya.

Hanifah lantas mengurai sosok keluarganya.

Ternyata Hanifah merupakan anak dari seorang pensiunan ASN di BKKBN.

Ibu Hanifah adalah ibu rumah tangga dan kakak-kakaknya kini telah bekerja.

Meski anak seorang pensiunan PNS, Hanifah mengaku tidak tahu kenapa dirinya mendapatkan uang PIP.

Mendengar profesi ayah Hanifah adalah pensiunan PNS, Kang Dedi terkejut.

"Kasihan sama anak-anak yang membutuhkan. Ada teman kita benar-benar butuh, dia yatim piatu, sedangkan uang, kartu sama pin ditahan sama sekolah," imbuh Hanifah.

Sosoknya kini ramai disorot, Hanifah mengaku tidak takut viral.

"Menurut saya, kalau saya enggak speak up terus, kasihan ke adik kelas saya. Awalnya kan masalah SNBP, terus merambat ke yang lain. Kita juga udah dengar aturannya udah enggak boleh lagi ada pungutan SPP. Kalau saya speak up enggak ada salahnya," ujar Hanifah.

"Kamu enggak takut?" tanya Kang Dedi.

"Enggak sih, aku ngerasanya itu enggak ada salahnya. Aku juga tetap sopan nyampeinnya," kata Hanifah.

Dikenal kritis, Hanifah rupanya juga adalah sosok yang peduli dengan teman-temannya.

Di kelas 1 SMA, Hanifah mengaku pernah mengungkap kehidupan temannya yang jarang masuk sekolah.

Setelah ia telusuri dan datangi ke rumahnya, ternyata teman Hanifah tersebut sering tidak bersekolah karena harus membantu neneknya.

"Ada (teman) yang enggak masuk berbulan-bulan karena tidak punya ongkos ke sekolah. Kalau ke sekolah dipanggil terus buat SPP, akhirnya minder ke sekolah. Dapat intimidasi dari guru, suka dibilangin 'kenapa sih kamu malas sekolah'," cerita Hanifah.

"(Pasha) dulu kelas 10 dia agak susah, aku disuruh nyamperin, jadi bukan wali kelas yang nyamperin tapi aku. Ternyata dia (Pasha) emang bantuin neneknya (sehingga susah sekolah)," sambungnya.

Sosoknya kini viral terlebih setelah diundang Kang Dedi, Hanifah mengakui orang tuanya cemas.

Hanifah pun diwanti-wanti oleh orang tuanya agar tidak terlalu vokal bersuara.

"Orang tua pasti nanyain, nanya aja (katanya) 'hati-hati kamu, takut ada oknum yang jahat sama kamu, takut guru-guru nurunin nilai kamu'," akui Hanifah.

"Penjelasan dari guru kemarin kan uang potongan itu bukan untuk sekolah tapi diberikan kepada pihak lain," ujar Kang Dedi.

Sosok Hanifah yang berani menyuarakan adanya potongan dana bantuan dari pemerintah viral, netizen ramai memujinya.

"Gak peduli anak siapa. Anak yang jujur ini mesti dilindungi dan dapat penghargaan beasiswa.,"

"Negara harus hadir untuk 2 siswi pemberani ini. Ini contoh anak Indonesia,"

"Kalo siswa siswi di jawa barat pada cerdas begini, jabar makin istimewa, Ini calon penerus bangsa,"

Tak cuma netizen biasa, politikus sekaligus aktivis viral asal Bogor, Ronald Aristone Sinaga alias Bro Ron juga menyoroti kasus yang diungkap Hanifah.

Bro Ron mengancam bakal turun tangan ke SMAN 7 Cirebon jika polemik tersebut tak terselesaikan.

Untuk diketahui, Bro Ron belakangan memang aktif membongkar kasus yang berkaitan dengan dugaan pungli serta pemotongan dana PIP.

Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / TRIBUNNEWS.COM )

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved