Berita Terkini Nasional

Dituding Coba Pisahkan Prabowo dan Jokowi, PDIP: Kami Nggak Ada Urusan!

PDIP buka suara setelah ramai tudingan jika partai berlambang banteng moncong putih tersebut berupaya pisahkan Prabowo Subianto dengan Jokowi.

KOMPAS.com/Nicholas Ryan Aditya
HUBUNGAN JOKOWI DAN PRABOWO: Ir. Deddy Yevri Hanteru Sitorus, M.A. saat diwawancarai awak media di Gedung MPR/DPR pada 2 Desember 2024. Deddy menegaskan, PDIP saat ini tidak memiliki  urusan apapun dengan kedua sosok tersebut. Sehingga anggota DPR RI Fraksi PDIP tersebut enggan bicara jauh perihal isu Prabowo dan Jokowi berpisah. 

Tribunlampung.co.id, Jakarta - PDI Perjuangan atau PDIP buka suara setelah ramai tudingan jika partai berlambang banteng moncong putih tersebut berupaya pisahkan Prabowo Subianto dengan Joko Widodo atau Jokowi.

Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus menegaskan, sejatinya kalaupun Presiden RI Prabowo Subianto pisah hubungan dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo karena dilandasi sudah bedanya kepentingan bukan karena pengaruh pihak lain.

Pernyataan itu disampaikan Deddy, menanggapi adanya tudingan kalau PDIP menjadi pihak yang berupaya memisahkan Prabowo dengan Jokowi.

Sebagai informasi, Jokowi merupakan sosok yang turut terlibat langsung mendukung pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 kemarin.

"Namanya politik kan basisnya kepentingan pastinya, kalau sepanjang mereka punya kepentingan berdua, siapapun tidak bisa memisahkan," kata Deddy saat ditemui awak media di Sekolah Partai PDIP, Jakarta Selatan Rabu (12/2/2025).

Menurut Deddy, PDIP saat ini tidak memiliki  urusan apapun dengan kedua sosok tersebut.

Sehingga kata anggota DPR RI Fraksi PDIP tersebut enggan bicara jauh perihal isu tersebut.

"Itu urusan beliau beliau, kita ga ada urusan untuk memisah atau merekatkan mereka," kata Deddy.

"Pasti berpolitik itu kan soal kepentingan," sambung dia.

Dengan begitu, Deddy menegaskan, kalaupun nantinya Jokowi dengan Prabowo berpisah itu karena sudah tidak ada kepentingan satu sama lain.

Pasalnya diyakini Deddy, dalam politik yang dikedepankan adalah asas keberpihakan dan kepentingan bukan belas kasihan.

"Lah di politik ada berdasarkan belas kasihan? Kan ga ada ya. Di samping itu, politik biasa, politik yang adiluhur kan berdasarkan moral dan keberpihakan," kata dia.

"Tapi kalau melihat soal ini kan soal politik, jadi kalaupun ada yang memisah antara pak Jokowi dan pak Prabowo ya di antara mereka berdua tidak akan ada orang lain," tukas Deddy.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa ada yang mencoba memisahkan dirinya dengan Presiden Ketujuh Joko Widodo (Jokowi).

Hal itu disampaikan Presiden Prabowo saat membuka Kongres Ke-XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Jatim International Expo (JIExpo), Surabaya, Senin, (10/2/2025).

Awalnya Prabowo menceritakan mengenai hubungannya dengan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indarparawansa.

Menurut Prabowo ia sebenarnya tidak terlalu dekat dengan Khofifah.

Hanya saja, menjelang Pilpres 2024, ia diminta Jokowi untuk menemui Khofifah.

"Saya sebenarnya tidak terlalu dekat dengan ibu Khofifah."

"Saya baru jumpa baru menjelang mau Pilpres, benar ibu Khofifah? Yang suruh saya menghadap ke ibu Khofifah itu Pak Jokowi, benar?"kata Prabowo.

Menurut Prabowo, dirinya belajar banyak soal politik dari Jokowi.

Hanya saja, kata Prabowo, sekarang ini, Jokowi malah dijelek-jelekan.

"Kadang-kadang orang sudah nggak berkuasa mau dikuyuk-kuyu mau dijelek-jelekin, jangan."

"Kita hormati semua hormati semua," katanya.

Prabowo mengatakan sekarang ini ada upaya untuk memisahkan dirinya dengan Jokowi.

Untuk diketahui, Jokowi memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.

Menurut Prabowo, dirinya tidak terpengaruh dengan adanya upaya memisahkan dirinya dengan Jokowi

Bagi Prabowo upaya tersebut hanya untuk bahan tertawaan saja.

"Ada yang sekarang mau misah-misahkan saya sama Pak Jokowi."

"Lucu juga untuk bahan ketawa boleh, jangan. Kita jangan ikut," kata Prabowo.

Menurut Kepala Negara upaya memecah belah biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Indonesia.

Seperti politik  adu domba yang digunakan Belanda saat masa penjajahan dulu.

"Dari ratusan tahun devide et impera itu adalah taktik strategi untuk memecah belah umat dan bangsa Indonesia, nggak usah dihiraukan," pungkasnya.

Jokowi Santai

Di sisi lain, Joko Widodo ( Jokowi ) menanggapi santai soal kabar ia dan Presiden Prabowo Subianto.

Jokowi menganggap situasi tersebut sebagai hal yang biasa.

Dia justru menegaskan bahwa hubungannya dengan Prabowo saat ini sangat solid, bahkan tidak pernah mengalami masalah.

"Sangat solid. Sama sekali tidak pernah ada masalah," tegas Jokowi di Solo, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2025), dikutip dari TribunSolo.com.

Jokowi mengatakan, tidak masalah dengan pihak-pihak yang disebut ingin berusaha menjauhkannya dengan Prabowo itu.

Dia menekankan bahwa hubungan baiknya dengan Prabowo sudah terjalin sejak lama, meski sempat menjadi rival di Pilpres 2014 dan 2019 lalu.

“Ya nggak apa-apa (ada yang mau menjauhkan)."

"Tapi sekali lagi, hubungan saya dan Pak Prabowo hubungan baik yang sudah lama terjalin."

"Ya biasa saja (pihak yang ingin menjauhkan),” jelasnya.

“Hubungannya baik-baik saja sangat baik. Kan biasa dalam politik berkompetisi,” ungkapnya.

Hubungan Prabowo dan Jokowi Tak Bisa Dirusak oleh Segelintir Orang

Ketua Umum ReJO Pro Gibran HM Darmizal MS mengatakan, hubungan Prabowo dan Jokowi tidak akan bisa dirusak oleh segelintir orang.

"Saya melihat hubungan pak Prabowo dan Jokowi sangat mesra. Jadi upaya-upaya yang dilakukan segelintir orang untuk mengadu domba model politik “Devide Et Impera nya Penjajah”, antara keduanya tidak akan mempan dan akan sia-sia," kata Darmizal kepada wartawan, Selasa.

Menurut Darmizal, upaya memecah belah hubungan Jokowi dan Prabowo sama saja memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Karena keduanya adalah tokoh bangsa yang sudah seharusnya dijadikan panutan bagi masyarakat Indonesia.

"Sebagai tokoh dan pemimpin bangsa, beliau berdua janganlah dipecah belah. Keduanya adalah tokoh bangsa yang patut dijadikan teladan bagi seluruh masyarakat Indonesia," terangnya.

Darmizal pun mencontohkan, sikap negarawan Jokowi jelas terlihat ketika selalu menjaga hubungan baik dan berkesinambungan dengan Prabowo.

Meskipun, sebelumnya, sempat terjadi dua kali persaingan ketat antara Prabowo dan Jokowi pada kontestasi Pilpres.

"Faktanya, pada periode kedua kepemimpinan pak Jokowi, beliau malah merangkul Prabowo menjadi Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju untuk bersama-sama membangun Indonesia," kata Darmizal.

Maka dari itu, dia pun meminta para elit politik di Indonesia untuk tetap menjaga kerukunan meski berbeda pandangan.

Jangan pula, mengadu domba presiden dan mantan presiden.

"Jika ingin mengoreksi, pakailah cara-cara yang elegan, bermartabat sesuai budaya luhur bangsa, tidak dengan propaganda atau mengadu domba. Karena adu domba antara Prabowo dan Jokowi akan sia sia."

"Mereka berdua tidak akan terpecah. Pak Prabowo dan Jokowi itu bukan seperti air dan minyak yang bisa dipisahkan," kata dia.

"Namun, mereka ibarat masakan dan bumbunya yang akan saling melengkapi untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045," pungkas Darmizal.

( Tribunlampung.co.id / Tribunnews.com )

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved