Berita Viral

Perjuangan Fanny Kondoh Punya Anak, 2 Kali Gagal Bayi Tabung Begitu Hamil Suami Wafat

Ternyata tidak mudah bagi Fanny Kondoh dan Papa Udon mendapatkan keturunan setelah menikah.

|
Tangkapan layar Ig @fannykondoh
KISAH FANNY KONDOH - Papa Udon atau Hajime Kondoh meninggal dunia pada 15 Oktober 2024. Perjuangan Fanny Kondoh punya anak dari Papa Udon dua kali gagal bayi tabung begitu hamil suami wafat. 

Menariknya, Fanny mengaku hatinya sudah merasa yakin bahwa Papa Udon akan menjadi suaminya kelak saat berjabatan tangan.

"Aku tuh gak bisa (bahasa Inggris), halo mister nice to meet you, pas pertama kali shaking hand (jabat tangan) itu akutuh udah batin 'he's gonna be my husband' aku udah batin itu aku udah yakin demi Allah," kata Fanny kepada Denny Sumargo.

Fanny mengaku keyakinan itu dirasakannya lantaran sudah mengalami asam garam percintaan yang kerap gagal.

"Kamu feeling darimana itu," tanya Densu.

"Pada saat itu aku memang lagi capek dengan dunia percintaan ini terus akutuh ngebatin sama Tuhan 'yaAllah akutuh capek kerja pengin dinafkahin aku pengin nikah punya pasangan hidup' dan aku capek miskin, terus dia dateng pegang tangan," bebernya.

Fanny sendiri awalnya tak menyangka jika status Papa Udon sudah menjadi duda memiliki tiga anak di Jepang.

"Saat itu yang dikasih kartu nama dia cuma aku doang, satu outlet gak dikasih," katanya.

Saat itu, Fanny dipromosikan sebagai trainer manager di Jakarta.

"Dibawa ke Jakarta buat jadi trainer terus habis itu ternyata dibawa ke Jakarta dijadiin istri," katanya sambil tertawa.

Berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang dari komunikasi jarak jauh hingga akhirnya Hajime Kondoh berniat ingin serius mengajak lamaran.

Ia dengan serius bertemu dengan ibu Fanny di Jawa Timur.

"Desember dia tiba-tiba Line aku bilang 'Fanny i want to go Semarang' oh iya pak nanti aku bilangin manager buat kedatangan bapak, 'no no i want to go Semarang i want to make sure my feeling ke kamu' katanya, ceritanya LDR," ujar Fanny.

"Dia ke Probolinggo rumahku, aku dibeliin cincin pengikat," sambungnya.

Namun, perjalanan mereka tak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah perbedaan usia 25 tahun dan keyakinan. 

Dengan niat serius, akhirnya memutuskan untuk mualaf setelah mengalami banyak pertimbangan dan pencarian spiritual.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved