Wawancara Eksklusif

Cerita Mantan Pj Gubernur Lampung Samsudin dan Istri di Balik Terciptanya Buku Terjebak di Puncak

Berikut wawancara eksklusif Tribun Lampung bersama Samsudin dan istri, Maidawati Retnoningsih, mengenai kesan dan pesan selama bertugas di Lampung.

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama
BERBAGI KISAH - Mantan Pj Gubernur Lampung Samsudin dan istri menunjukkan buku Terjebak di Puncak saat menjadi narasumber dalam podcast di studio Tribun Lampung, Sabtu (22/2/2025). 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Selama delapan bulan, Samsudin menduduki posisi sebagai Penjabat Gubernur Lampung.

Selama itu pula Samsudin dan istri telah meninggalkan banyak kesan positif di Lampung.

Awalnya, mereka tidak pernah menyangka akan menjadi orang nomor satu di Lampung.

Namun, setelah mendapatkan amanah itu, Samsudin telah berhasil melakukan sejumlah terobosan.

Berikut wawancara eksklusif Tribun Lampung bersama Samsudin dan istri, Maidawati Retnoningsih, mengenai kesan dan pesan selama bertugas di Lampung hingga kisah di balik terbitnya buku berjudul Terjebak di Puncak, Sabtu (22/2/2025).

Seperti apa perasaan setelah menjabat sebagai Pj Gubernur Lampung?

Samsudin: Alhamdulillah, perasaan saya sudah lega. Akhirnya tugas dan kepercayaan yang diberikan kepada saya telah selesai. Tentu saya juga ingin menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat apabila selama menjabat terdapat tata cara atau keputusan yang kurang berkenan.

Apa kesan selama menjabat sebagai Pj Gubernur Lampung?

Samsudin: Saya merasakan masyarakat Lampung memiliki kekompakan yang luar biasa. Saat pertama kali saya menjabat, masyarakat dan jajaran pemerintahan dapat bekerja sama dengan baik, sehingga setiap pekerjaan bisa diselesaikan secara bersama.

Kesan kedua, masyarakat Lampung sangat religius. Budaya yang ada di Lampung membawa nuansa religi yang begitu kental. Alhamdulillah, selama masa jabatan saya, semua berjalan dengan sukses, termasuk penyelenggaraan Pilkada 2024 yang berlangsung dengan lancar.

Di akhir masa jabatan, Ibu Maidawati sukses menerbitkan buku Terjebak di Puncak. Apa latar belakang buku ini?

Maidawati: Buku ini menceritakan perjalanan saya bersama suami, mulai dari pernikahan hingga mendampinginya sebagai Pj Gubernur Lampung. Di dalamnya, saya berbagi pengalaman tentang bagaimana peran seorang istri dalam mendukung suami yang memiliki tugas besar, menghadapi jadwal yang padat, serta bagaimana bersikap di depan masyarakat.

Buku ini juga menggambarkan perjalanan suami saya dari seorang guru PNS, kemudian bertugas di kementerian, hingga akhirnya menjabat sebagai Pj Gubernur Lampung. Saya menuliskan bagaimana ia berusaha membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Apa yang dilakukan seorang istri saat suami menjadi gubernur?

Maidawati: Seorang istri harus selalu siaga dalam mempersiapkan segala kebutuhan suami dengan detail. Banyak agenda yang telah dijadwalkan oleh protokol, tetapi sering kali ada agenda dadakan. Saya selalu berkomunikasi dengan protokol dan tim untuk memastikan semua kebutuhan suami terpenuhi, mulai dari pakaian, makanan, hingga obat-obatan.

Seorang istri harus memahami seluruh jadwal suami dan memastikan segala keperluannya tersedia agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Bagaimana pandangan Pak Samsudin mengenai buku ini?

Samsudin: Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata istri saya. Ia menggambarkan perbedaan peran saya saat bertugas di kementerian dan saat menjadi Pj Gubernur. Saya melihat buku ini sebagai catatan harian yang memiliki makna mendalam. Isinya tidak hanya menceritakan pengalaman pribadi, tetapi juga mengandung motivasi, nilai-nilai, dan edukasi bagi para istri pejabat.

Apakah Pak Samsudin tahu bahwa Ibu akan menulis buku ini?

Samsudin: Awalnya saya tidak tahu. Tiba-tiba istri saya memberi tahu bahwa ia telah menulis dan hampir menyelesaikannya. Setelah itu, saya mendukung penuh.

Bagaimana bisa menulis sedetail ini, termasuk mencatat waktunya dengan tepat?

Maidawati: Saya selalu mencatat setiap perjalanan suami saya. Sejujurnya, posisi seperti ini tidak mudah bagi seorang istri, karena suami sangat sibuk dan waktunya terbatas. Menjadi istri seorang Gubernur tidak seindah yang dibayangkan banyak orang. Waktu bersama keluarga sangat terbatas, bahkan untuk sekadar menikmati secangkir kopi pun sulit karena selalu diawasi protokol.

Seberapa penting me time dalam hubungan keluarga?

Samsudin: Saya sangat memahami bahwa me time itu penting. Me time juga menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam menjalankan tugas. Bagi saya, keberadaan istri bukan hanya untuk mendampingi, tetapi juga untuk membangun waktu berkualitas bersama. Hal ini bukan hanya soal kemesraan, tetapi lebih dari itu, yaitu menjaga keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Bagaimana cara mendukung tugas suami agar lebih ringan?

Samsudin: Saya mengatur jadwal dengan baik. Dari Senin hingga Jumat, saya fokus bekerja sebagai gubernur, sementara Sabtu dan Minggu saya gunakan untuk keluarga.

Saya dan istri punya kebiasaan menikmati makanan khas daerah. Kami tidak perlu ke restoran besar, cukup ke warung kecil yang menjual makanan tradisional. Selama di Lampung, me time kami agak berkurang karena selalu diawasi pengawal. Namun, kami menyiasatinya dengan membawa mobil sendiri dari Jakarta dan bepergian tanpa pengawalan.

Momen paling lucu selama menjabat sebagai Pj Gubernur?

Samsudin: Pernah suatu kali saya berada di pantai dan bertemu dengan masyarakat. Mereka melihat mobil saya berpelat B, lalu bertanya, “Bapak dari Jakarta, ya?” Saya pun menjawab, “Iya.” Mereka bahkan mengira saya hanya menginap di Bandar Lampung tanpa tahu bahwa saya adalah Gubernur Lampung.

Apakah Ibu pernah meminta sesuatu yang spesial saat me time?

Samsudin: Biasanya saya langsung bertanya ke istri, “Kita mau ke mana sekarang? Saya ada ide ke sini, ada ide ke sana.” Lalu kami diskusikan bersama.

Lebih suka kuliner atau destinasi alam?

Maidawati: Saya lebih suka duduk sambil menikmati keindahan pantai atau pegunungan, ditemani secangkir kopi dan singkong goreng. Namun, sering kali ketika kami berkunjung ke suatu tempat, pemiliknya mengenali kami dan mulai menyampaikan berbagai keluhan. Jadi, niat untuk bersantai terkadang terganggu.

Harapan dengan terbitnya buku ini?

Maidawati: Saya berharap buku ini bisa menjadi inspirasi bagi perempuan, khususnya istri pejabat publik. Kita harus siap mendukung suami dalam kondisi apa pun dan berjuang bersama dalam mewujudkan visi dan misi keluarga. Kuncinya adalah tetap menjadi diri sendiri.

Harapan bagi kepala daerah yang baru dilantik?

Samsudin: Saya berharap para gubernur, wali kota, dan bupati yang baru dilantik benar-benar merealisasikan janji dan program kerja mereka kepada masyarakat. Saya juga mengimbau jajaran pemerintahan untuk mendukung mereka agar visi dan misi yang telah disampaikan dapat terwujud.

Masyarakat diharapkan bersabar karena ada proses yang harus dilalui. Selain itu, saya juga mengingatkan agar kepala daerah tidak sembarangan me-nonjob-kan pejabat ASN, karena ada prosedur yang harus diikuti.

Pesan kepada para istri gubernur, bupati, dan wali kota?

Maidawati: Istri pejabat harus lebih sabar dan sigap. Kadang-kadang masyarakat melakukan aksi protes tanpa memahami persoalan yang sebenarnya. Kita harus bisa memahami situasi suami dan selalu mendukungnya, meskipun itu tidak mudah.

*) Teks ini telah dirapikan agar lebih jelas dan mudah dipahami tanpa menghilangkan informasi penting.

(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved