Berita Terkini Nasional

Perjalanan Mantan Napi Teroris Bom Bali 1 Umar Patek, Dari Peramu Bom, Kini Meramu Kopi

“Dulu aku dikenal karena hal yang menyakitkan dunia, tapi kini aku memilih jalan lain. Meramu rasa, menyeduh damai.”

Editor: Teguh Prasetyo
SURYA.CO.ID/Nur Ika Anisa
CERITA UMAR PATEK - Eks napi teroris Umar Patek (tengah) mengenalkan ‘Ramu Kopi 1966’ yang jadi lini bisnisnya bersama Hedon Estate dalam peluncuran yang digelar, pada Selasa (3/5). Peluncuran kopi turut dihadiri mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri Komjen Marthinus Hukom (kanan), sejumlah pejabat, hingga crazy rich Surabaya yang kehadiran mereka disambut drg David Andreasmito (kiri) selaku pemilik Hedon Estate. 

Dalam peluncuran kopi juga dihadiri mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri, Komjen Marthinus Hukom yang dulu memburu Umar Patek.

Marthinus kini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Dalam acara launching "Kopi Ramu 1966 by Umar Patek", keduanya saling bersalaman, berpelukan, tebar senyum.

Bahkan Umar pun tak segan melontarkan candaan.

“Mudah-mudahan di kantor BNN mulai dari pusat sampai kabupaten, bisa berlangganan kopi saya. Untuk BNN kabupaten, taruhlah lima kilogram, tiga kilogram tak apa-apa,” celetuk Umar disambut tepuk riuh.

Komjen Marthinus menyebut bahwa pertemuan kali ini menunjukan sisi lain seorang Umar Patek.

Dahulu 'musuh' saat nama Umar Patek tercantum pada list pelaku bom Bali 1 Tahun 2002.

Umar dikenal gahar, militan kelompok teroris Asia Tenggara dan ahli senjata berikut taktik gerilya itu diburu aparat keamanan di banyak negara.

“Dia dikejar seluruh dunia, 2002 sampai 2011. Jadi Umar Patek ditangkap di Kota Abbottabad, Pakistan. Selama pelarian, kepalanya dibanderol 10 miliar. Lebih membuat kita terkagum dengan orang ini, dikabarkan mati berkali-kali, diserang pasukan angkatan Filipina, eh muncul lagi. Saat itu, kami dapat berita dia terkepung, tapi dia bisa keluar dari kepungan. Inilah Umar Patek, yang kita kenal hari ini,” ungkapnya.

Ia mengatakan, hubungannya dengan Umar Patek dinilai sebagai suatu contoh yang semula musuh, kemudian saling menyadari posisi masing-masing.

Menjaga hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia tanpa batas.

Marthinus juga berharap "Kopi Ramu 1966 by Umar Patek" bisa menjadi pendorong dan pengembangan UMKM di Jawa Timur.

“Di dalam penjara beliau melaksanakan perenungan. Dari seorang perakit bom, jadi peramu kopi. Yang dulunya berjuang membawa senjata, tapi hari ini ikut berjuang menegakkan kemanusiaan, cinta kasih, tanpa batas, melampaui tembok imaginer keyakinan, menjadi satu kesatuan umat manusia, satu kesatuan Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, drg David Andreasmito, pemilik Hedon Estate mengaku, pendekatannya pada Umar Patek membuahkan hasil.

Ia mengatakan, pernah menawarkan bantuan finansial, namun ditolak. Umar memilih ingin mendapatkan pekerjaan.

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved