Berita Terkini Nasional

Wanita Penjual Kerupuk Tewas Tersambar Kereta Api, Suami Baru Tahu Sepulang Kerja

Peristiwa itu terjadi tepatnya di perlintasan sebidang tanpa palang Jalan Buntaran, Manukan Wetan, Surabaya.

TribunMadura.com/Luhur Pambudi
TERSAMBAR KERETA API - Parto (28), petugas penjaga perlintasan swadaya di kawasan Jalan Buntaran, Manukan Wetan, Surabaya, saat ditemui TribunJatim.com, Rabu (11/6/2025) sore. Seorang penjual kerupuk tewas seketika tersambar kereta api di perlintasan tanpa palang pintu. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Surabaya - Seorang wanita penjual kerupuk tewas seketika disambar kereta api (KA)  di perlintasan tanpa palang, Rabu (11/6/2025) sore.

Peristiwa itu terjadi tepatnya di perlintasan sebidang tanpa palang Jalan Buntaran, Manukan Wetan, Surabaya.

Wanita penjual kerupuk yang tewas tersambar kereta api adalah MSK (48) merupakan ibu rumah tangga asal Jawa Tengah.

Diketahui korban penjual kerupuk keliling yang setiap hari mengantar dagangan ke sejumlah warung makan dan warkop di sekitar lokasi kejadian.

Menurut keterangan saksi mata, Parto (28), penjaga swadaya perlintasan, saat kejadian korban tengah menyeberang rel double track sambil menenteng dagangan kerupuk. Dari arah barat, KA Ambarawa melintas dan sempat membunyikan klakson.

“Saya sudah teriak, minta minggir. Tapi mungkin dia nggak dengar karena suara kereta kencang,” ujar Parto kepada wartawan di lokasi kejadian.

Diduga korban terlambat menyadari kedatangan kereta.

Saat mencoba menepi, tubuhnya tersambar kereta dan langsung tewas di tempat dengan kondisi luka parah.

Jenazah korban sempat tergeletak di sisi rel sejauh sekitar 25 meter dari titik perlintasan. Petugas Inafis Polrestabes Surabaya tiba di lokasi sekitar pukul 18.00 WIB untuk melakukan olah TKP dan visum luar.

Jenazah kemudian dibawa ke kamar jenazah RSUD dr Soetomo Surabaya.

Perlintasan Minim Pengamanan

Perlintasan rel tempat korban tertabrak diketahui tidak memiliki palang otomatis maupun pos penjagaan resmi.

Warga sekitar hanya mengandalkan penjaga swadaya dan peringatan manual.

Wilayah tersebut sebelumnya juga disebut rawan kecelakaan karena padatnya jalur kereta dan aktivitas warga yang melintasi rel untuk bekerja atau berdagang.

Kejadian ini kembali menyoroti minimnya sistem pengamanan di perlintasan sebidang, terutama yang tidak dijaga secara resmi oleh operator perkeretaapian.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved