Advertorial
Tingkatkan Kesadaran Lingkungan dan Kemandirian Ekonomi Warga, Pertamina Edukasi Pemilahan Sampah
Program ini merupakan respons terhadap permasalahan penumpukan volume sampah di Kelurahan Kota Negara, yang merupakan wilayah ring 1 perusahaan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Palembang- Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui Integrated Terminal (IT) Palembang melaksanakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
TJSL disalurkan berupa pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah organik di Kelurahan Kemang Agung, Kelurahan Kota Negara, Kamis (07/08).
Program ini merupakan respons terhadap permasalahan penumpukan volume sampah di Kelurahan Kota Negara, yang merupakan wilayah ring 1 operasional perusahaan.
Berdasarkan data dari Kelurahan Kota Negara, volume sampah yang dihasilkan mencapai lebih dari 10 ton setiap harinya.
Sementara ketersediaan tempat pembuangan sampah masih sangat terbatas.
Kegiatan ini dilatar belakangi oleh kondisi lingkungan yang kurang bersih dan bertujuan mencegah permasalahan kesehatan masyarakat akibat pengelolaan sampah yang tidak optimal.
Program ini tidak hanya fokus mengatasi permasalahan sampah, tetapi juga membangun kesadaran lingkungan dan kemandirian ekonomi masyarakat.
Inisiatif tersebut menjadi wujud nyata kolaborasi strategis antara korporasi dan komunitas dalam menciptakan solusi berkelanjutan yang berdampak positif bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat.
Melalui program ini, masyarakat diedukasi mengenai pemilahan sampah berdasarkan jenis sebagai fondasi keberlanjutan program.
Lalu lanjutkan dengan praktik langsung mengolah sampah organik menjadi kompos untuk media tanam.
Inisiatif ini dirancang sebagai solusi agar masyarakat tidak sepenuhnya bergantung pada penjemputan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dalam pelaksanaanya, program pelatihan pengelolaan sampah ini mendapat antusiasme yang luar biasa dari masyarakat.
Lina, salah satu peserta pelatihan, berbagi pengalamannya dalam mengikuti program tersebut.
"Alhamdulillah, pelatihan ini berlangsung dengan baik dan partisipasi masyarakat, terutama ibu-ibu, sangat tinggi," kata Lina.
Awalnya, Lina mengaku sempat ragu mengikuti program ini karena persepsi negatif terhadap sampah yang identik dengan bau dan sumber penyakit.