Wawancara Khusus
Makanan Bergizi Tak Harus Mahal, Eksklusif Bersama Wakil Ketua DPD PCPI Lampung
Makanan bergizi tidak ada yang mahal, namun lebih kepada kepintaran ibu-ibu menentukan menu bergizi bagi anak. PCPI bahkan tidak pernah menganjurkan.
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Noval Andriansyah
Contohnya daun kelor, yang hampir semua desa memilikinya. Perlu diketahui, kandungan gizi kelor luar biasa, zat karotin di dalamnya mampu memenuhi kebutuhan tubuh. Antioksidannya sangat tinggi. Kami juga memberi edukasi bahwa singkong bisa menjadi sumber energi pengganti beras.
Pengetahuan dan kesabaran seorang ibu sangat diperlukan. Ajak anak belajar memasak, karena itu akan memengaruhi daya tarik mereka pada makanan. Anak akan penasaran dengan makanan yang seolah-olah diolah oleh dirinya sendiri.
Selain itu, jangan memberi anak camilan sebelum makan utama, karena gizi yang disiapkan akan percuma jika tidak dimakan.
Anak juga rentan trauma, misalnya ketika keselek tulang ikan, maka perlu diolah secara hati-hati, digiling, dibentuk nugget, dan sebagainya. Harus ada kombinasi dan kreativitas.
4. Kadang disebutkan bahwa untuk menghadirkan menu makanan bergizi harus dibayar dengan harga mahal. Apakah benar demikian?
Jawab: Makanan bergizi tidak ada yang mahal, namun lebih kepada kepintaran ibu-ibu menentukan menu bergizi bagi anak. PCPI bahkan tidak pernah menganjurkan makanan mahal, tetapi memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita.
Misalnya dokter menganjurkan brokoli, sementara di desa tidak ada, maka bisa diganti dengan kelor, bayam, daun singkong, atau buncis. Perlu diketahui, hampir setiap sayuran memiliki gizi yang luar biasa dan bahkan lebih alami karena jauh dari pestisida.
5. Bagaimana saran kepada para orang tua untuk menghadirkan menu bergizi bagi anak?
Jawab: Sebenarnya setiap makanan yang diolah memiliki gizi, hanya saja kadang cara mengolahnya salah. Misalnya bayam, seharusnya begitu dibeli langsung dicuci bersih baru dipotong. Kadang ibu-ibu keliru: dipotong dulu baru dicuci.
Itu mempengaruhi kandungan vitamin. Yang benar adalah dicuci bersih, lalu dipetik atau dipotong, baru dimasak. Jangan memotong terlalu pendek, karena mempengaruhi proses masak dan bisa menyebabkan overcook yang membuat vitamin habis.
Pengolahan makanan juga dipengaruhi waktu. Ikan, misalnya, sebaiknya dikukus dibanding digoreng karena vitaminnya lebih terjaga. Pemanasan berulang dan terlalu panas akan menghilangkan gizi. Kami tidak menganjurkan penggunaan minyak berulang atau minyak jelantah karena bisa menimbulkan lemak jenuh yang memicu kanker.
Selain itu, kebersihan harus diperhatikan, mulai dari kuku hingga peralatan masak, agar tidak ada bakteri yang menyebabkan keracunan. Termasuk nasi di magic com harus diawasi karena makanan yang dihangatkan terlalu lama bisa berbahaya. Kalau mau sehat memang harus sedikit repot.
6. Beralih ke PCPI, apa yang melandasi terbentuknya PCPI? Apa saja kegiatan PCPI?
Jawab: Alhamdulillah, kami di Lampung ini adalah DPD termuda. Kami memiliki DPP di Surabaya. Bermula dari Ketua DPP, Chef Bambang, yang memotivasi kami menghidupkan organisasi memasak di Lampung, maka berkumpullah para chef di Lampung dalam satu wadah, yakni PCPI.
Saat berkumpul, kami banyak berdiskusi soal kuliner khas Lampung hingga memberi nama pada temuan makanan baru. Kami masih tergabung dalam satu DPD dan sedang merintis pembentukan DPC di 15 kabupaten/kota.
UMKM Masih Gratis Pakai QRIS, Eksklusif Bersama KPwBI Lampung Bimo Epyanto |
![]() |
---|
Bincang dengan Ketum dan Sekum Kormi Lampung, Olahraga Jangan Dibatasi Usia |
![]() |
---|
Anshori Djausal: Fornas Kedepankan Prinsip Hidup Sehat untuk Semua Kalangan |
![]() |
---|
Sekolah Rakyat Jenjang SD dan SMP di Lampung, Kapan Dimulai? |
![]() |
---|
Usung Konsep Boarding School, Siswa Sekolah Rakyat Diwajibkan Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.