TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Lampung patut berbangga. Anak-anak muda dari Sai Bumi Ruwa Jurai tak henti-hentinya menorehkan prestasi di ajang kontes robot.
Jumlahnya memang tidak banyak. Ada yang berstatus pelajar SMA dan ada pula yang mahasiswa. Di tingkat sekolah ada SMA YP Unila. Sementara di level perguruan tinggi, mungkin hanya Universitas Lampung dan PT Teknokrat yang prestasinya paling menonjol.
Teranyar, robot-robot PT Teknokrat tampil superior dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) Regional 1 Sumatera. Dalam ajang yang diselenggarakan di Politeknik Chevron Riau (PCR), Pekanbaru, Riau, pada 12-14 Mei 2016 tersebut, mereka meraih gelar juara umum.
Robot Krakatau 6.2 mencatatkan prestasi tertinggi dengan menjuarai kategori Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) divisi berkaki.
Kesuksesan Krakatau 6.2 tidak bisa dilepaskan dari hasil jerih payah tim Robot Pemadam Api Teknokrat.
Tim yang terdiri dari M Andi Hidayat, Meliza, dan Tri Septyawan ini mengalami banyak halangan dan kendala selama proses pembuatan sampai menjelang kontes berlangsung.
Andi, ketua tim tersebut, mengaku sangat bangga atas prestasi yang diraih. Gelar juara itu membayar semua jerih payah yang mereka lakukan selama ini.
Masa-masa terberat tentu saja saat merakit robot. Mereka harus mencuri waktu di sela masa kuliah untuk merancang hingga membangun robot. Bahkan, tidak jarang mereka terpaksa begadang.
"Kita biasanya merancang robot ini pada waktu tengah malam. Karena waktu tersebut hening dan temen-temen bisa konsentrasi. Malem (sampai dini hari) kita rancang robot. Pagi dan siang kita kuliah. Memang ada pengorbanan waktu di sini. Namun, semua jerih payah tersebut terbayar dengan menjadi juara satu," kata Andi kepada Tribun pekan lalu.
Proses pembuatan robot juga tidak mudah. Kesalahan demi kesalahan terjadi. Mulai dari kesalahan desain hingga pemasangan komponen pada robot. Namun, itu semua tidak menjadikan mereka menyerah.
"Kurang lebih setahun lebih kita membangun rancangan robot pemadam berkaki ini. Karena merancang robot ini tidak semudah yang kita kira. Riset yang berkepanjangan hingga memasukkan rancangan serta komponen terbaik agar menjadi robot yang berkualitas memang membutuhkan waktu yang panjang," tuturnya.
Tidak sampai di situ saja cobaan yang dialami Andi cs. Pada saat memasuki sesi pertama pertandingan, ternyata Krakatau 6.2 sempat stuck alias tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Ketika itu Andi dan timnya panik karena khawatir robotnya mati total.
"Alhamdulillah, pada sesi kedua dan ketiga, Robot Krakatau 6.2 ini berjalan dengan mulus untuk menjalankan misinya, yaitu memadamkan api dengan waktu tercepat," kisah Andi seraya tersenyum.
Berita Selengkapnya Baca KORAN Tribun Lampung edisi hari ini.