"Incarannya hanya mahasiswi, random (acak). Ia melakukannya dengan cara kenalan, bahkan meminta kontak ponsel mahasisiwi yang telah menjadi incarannya tersebut.
Ali pun terbilang tak gegabah. Ia justru harus lebih bersabar lagi agar dapat mengenalkan dirinya lebih dekat ke korbannya, atau intens saat komunikasi," beber Aryono.
Baca: Rumah Tangga Anang Ashanty Bermasalah. Berantem, Jual Apartemen, Tinggal di Ruko Penuh Tikus
Aryono mengatakan, proses perkenalannya kepada korban pun membuat korban semakin nyaman kepada Ali.
Sehingga, Ali melanjutkan aksi penipuannya, sampai ke tahap mengajak korbannya ke Rumah Sakit Dharmais, Slipi, Jakarta Barat.
"Selama perkenalan dengan para korbannya ini dilakukan sama, yaitu mengaku-ngaku ke para korbannya sebagai seorang manajer di sebuah perusahaan ternama,
dan punya orang kenalan ataupun rekan partner kerjanya yang rata-rata pengusaha sukses dan kaya. Sehingga, semua ucapan Ali ini membuat korbanya jadi tertarik," papar Aryono.
"Pengakuan Si Ali ini ke korbannya, dapat memasukkan si korbannya itu jadi karyawan tetap di perusahaan ternama di Jakarta. Sehingga, korbannya saat itu menjadi tertarik, lalu Ali mengajak si korban ketemuan di RS Dharmais.
Para korbannya itu selalu diajak ke RS Dharmais. Ketika bertemu, Ali terus mengajak ngobrol korbannya tersebut sembari berkeliling di dalam rumah sakit," jelas Aryono.
Korbannya yang terbuai janji-janji manis Ali, semakin mempercayai Ali adalah kenalan yang baik dan dapat dipercaya. Tetapi, rasa kepercayaan korbannya itu dimanfaatkan Ali.
"Setelah mengajak berkeliling korbannya itu di dalam rumah sakit, Ali berpura-pura ponsel miliknya saat itu rusak atau baterai ponsel habis. Ali langsung meminta korban mau pinjamkan ponsel dengan alasan ingin hubungi rekannya," beber Aryono.
Korban pun lengah, dan menjadi kesempatan emas Ali membawa kabur ponsel korbannya tersebut.
Ali langsung melarikan diri meninggalkan korbannya yang masih di dalam rumah sakit.
"Aksinya terus-menerus dilakoninya selama dua tahun, serta terhitung ada 20 korban, yang rata-rata memang masih mahasiwi. Usai bawa kabur ponsel milik korbannya,
Ali langsung menjualnya ke konter ponsel terdekat, dengan harga sangat murah. Hasilnya juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari," terang Aryono.