Dilansir KompasTekno dari BBC, Jumat (4/5/2018), 85 persen surel merupakan spam. Awalnnya, kebanyakan spam berisikan pesan tak diinginkan dari para pelaku bisnis, khususnya marketing yang tak segan menampilkan identitasnya.
Baca: Kominfo Bawa Kabar Buruk bagi Penggemar Situs Porno
Tapi akhirnya, para spammer (pengirim spam) menyembunyikan identitasnya, termasuk lokasi. Sehingga pesan-pesan berkonten negatif seperti pornografi atau penipuan, tak jarang menyambangi kotak masuk penerima tanpa terlacak.
Spam tak jarang mengandung virus dan software berbahaya (malware) yang dapat menginvasi komputer penerima.
Komputer berbahaya yang disebut "zombie", dihubungkan bersama untuk membentuk jaringan komputer yang disebut botnet.
Kemudian, spammer diam-diam mengendalikan jaringan tersebut dan memanfaatkannya untuk mendistribusikan spam atau yang lebih berbahaya, melakukan kejahatan siber.
Melawan spam
Meskipun beberapa platform penyedia surel telah memberikan folder khusus untuk membuang spam, beberapa orang mengambil langkah hukum untuk melawan spam.
Baca: Tahukah Anda Jumlah Orang yang Nonton YouTube Setiap Hari?
Kurangnya konsistensi hukum internasional dan keinginan untuk tetap menjaga kebebasan berbicara, membuat sulitnya solusi yang diambil oleh pembuat kebijakan.
Semakin hari, spammer semakin lihai untuk mengirim spam, meski banyak software yang semakin canggih untuk menghalau spam. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: 40 Tahun Lalu E-mail "Spam" Pertama Dikirim, Isinya?