TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Seringkali kita mendapati pesan tak diinginkan di surat elektronik (surel) atau e-mail. Pesan-pesan tersebut tak jarang dibuang ke folder khusus yang disebut spam.
Lalu, siapakah yang pertama mengirim surel spam? Seorang marketer asal Amerika Serikat, Gary Thuerk adalah orang pertama yang memberondong pesan tak diinginkan ke 400 penerima pada tahun 1978.
Thuerk, yang kala itu menjabat sebagai manajer pemasaran perusahaan komputer Digital Equipment Corporation, mengirimkan promosi produk komputer perusahaannya.
Pesan tersebut dikirim melalui ARPANET (Advanced Research Project Agency Network) atau jaringan komputer yang kemudian bertransformasi menjadi internet hari ini.
Baca: Nyaris Jadi Korban, Begini Kisah Saksi Fuso Tabrak Pikap
Alhasil, pesan promosi yang dikirim Thuerk menuai amarah dari para penerimanya. Pesan surel yang dikirim Thuerk itulah yang dinobatkan sebagai contoh surel spam pertama di dunia.
Asal-usul sebutan spam
Kata spam pada awalnya tak disematkan langsung ke pesan yang dikirim Thuerk. Sebutan ini baru populer diistilahkan untuk pesan tak diinginkan bertahun-tahun berikutnya.
Istilah "spam" berawal dari sketsa televisi tahun 1970-an berjudul Monty Python's Flying Circus. Dalam salah satu episodenya, sekelompok Viking menyanyikan lagu tentang "Spam", yang ternyata merek produk daging olahan.
Mereka menyindir pelayan restauran yang sering menawarkan daging "Spam", meski tak diinginkan pelanggan.
Promosi produk melalui spam terus berkembang. Tahun 1994, firma hukum Laurence Canter and Martha Siegel di Amerika membanjiri grup diskusi "Usenet" dengan penawaran green card bagi imigran yang ingin menjadi penududuk tetap AS.
Baca: Wanita Ini Berbagi Sel dengan Bayinya yang Berusia 10 Bulan
Promosi Green Card tersebut juga tak luput dari kecaman, namun tetap mendulang keuntungan 100 ribu dolar AS kala itu.
Dirangkum dari Britannica, konsep spamming bukanlah hal baru. Jauh sebelum Thuerk, pesan tak diinginkan dikirim melalui telegram 100 tahun lalu.
Pesan-pesan tersebut kemudian disebut pesan sampah atau "junk mail".
Dilansir KompasTekno dari BBC, Jumat (4/5/2018), 85 persen surel merupakan spam. Awalnnya, kebanyakan spam berisikan pesan tak diinginkan dari para pelaku bisnis, khususnya marketing yang tak segan menampilkan identitasnya.
Baca: Kominfo Bawa Kabar Buruk bagi Penggemar Situs Porno
Tapi akhirnya, para spammer (pengirim spam) menyembunyikan identitasnya, termasuk lokasi. Sehingga pesan-pesan berkonten negatif seperti pornografi atau penipuan, tak jarang menyambangi kotak masuk penerima tanpa terlacak.
Spam tak jarang mengandung virus dan software berbahaya (malware) yang dapat menginvasi komputer penerima.
Komputer berbahaya yang disebut "zombie", dihubungkan bersama untuk membentuk jaringan komputer yang disebut botnet.
Kemudian, spammer diam-diam mengendalikan jaringan tersebut dan memanfaatkannya untuk mendistribusikan spam atau yang lebih berbahaya, melakukan kejahatan siber.
Melawan spam
Meskipun beberapa platform penyedia surel telah memberikan folder khusus untuk membuang spam, beberapa orang mengambil langkah hukum untuk melawan spam.
Baca: Tahukah Anda Jumlah Orang yang Nonton YouTube Setiap Hari?
Kurangnya konsistensi hukum internasional dan keinginan untuk tetap menjaga kebebasan berbicara, membuat sulitnya solusi yang diambil oleh pembuat kebijakan.
Semakin hari, spammer semakin lihai untuk mengirim spam, meski banyak software yang semakin canggih untuk menghalau spam. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: 40 Tahun Lalu E-mail "Spam" Pertama Dikirim, Isinya?