"Ini menunjukkan pelajaran piano memengaruhi elemen penting dan kompleks dari pemrosesan bahasa," ujar Gabrieli.
Konsonan, seperti "T" dan "D", terdengar sangat mirip sehingga otak manusia harus membuat keputusan cepat tentang apa yang didengarnya.
"Mendengar konsonan dibutuhkan kejelian lebih daripada mendengarkan kata yang vokal. Manfaat besar akan nampak bila ada tantangan besar." imbuhnya.
Menurutnya, hal itu akan sangat berdampak bagi penutur bahasa Mandarin, di mana bahasa lisan sangat bergantung pada perbedaan nada halus.
Ia menambahkan, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa musik dapat memberi manfaat yang sama bagi penutur yang tidak menggunakan intonasi saat berbicara, misalnya bahasa Inggris.
Gabrieli pun menceritakan, sekolah tempatnya melakukan penelitian hingga kini terus melanjutkan pelajaran piano untuk siswanya meski penelitian telah usai.
"Hal ini akan sangat membantu mereka dalam perkembangan bahasa," kata Gabrieli.
8 Jenis Kecerdasan Anak
Tidak ada anak yang bodoh.
Setiap anak memiliki kepintarannya masing-masing.
Seorang pakar pendidikan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Thomas Armstrong mengungkapkan, ada delapan jenis kecerdasan anak menurut teori Multiple Intelligences atau kecerdasan multipel.
Teori itu pertama kali diperkenalkan oleh pakar pendidikan yang juga dari Universitas Havard, Howard Gardner.
Howard membaginya menjadi delapan jenis kecerdasan anak, yaitu word smart (kecerdasan linguistik), number smart (kecerdasan logika atau matematis), self smart (kecerdasan intrapersonal), people smart (kecerdasan interpersonal), music smart (kecerdasan musikal), picture smart (kecerdasan spasial), body smart (kecerdasan kinetik), dan nature smart (kecerdasan naturalis).
Thomas menjelaskan, setiap anak barangkali bisa memiliki delapan jenis kecerdasan itu.
Hanya saja, ada anak yang hanya menonjol pada satu atau lebih jenis kecerdasan tersebut.