Tata Cara Sholat Gerhana Bulan Total - Begini Tuntunan Sholat Gerhana dan Bacaan Doa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana salat gerhana di Masjid Raya Itera, Rabu, 31 Januari 2018.

Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak. Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah.

kemudian beliau bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

Nabi selanjutnya bersabda, ”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Mengeraskan Suara Ketika Membaca Surat

Bacaan surat di dalam shalat gerhana matahari ialah jahriyah (mengeraskan bacaan) sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW. Ibunda Aisyah RA meriwayatkan, “Nabi SAW mengeraskan suara ketika membaca surat di dalam shalat gerhana bulan. Apabila beliau selesai bertakbir lalu melaksanakan ruku’. Dan ketika beliau bangun dari ruku’, beliau mengucapkan:

سَمِعَ اللهُ لِمَن حمِده رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ

"Semoga Allah meneria pujian orang yang memuj-Nya. Rabb kami, segala puji hanyalah bagimu.”

Kemudian beliau mengulangi membaca surat lagi. Di dalam gerhana matahari, empat ruku dan empat sujud ada  di dalam dua rakaat.” (HR. Bukhari Muslim)

Imam At-Tirmidzi berkata, “Para ulama berselisih pendapat mengenai bacaan surat di dalam shalat gerhana matahari. Sebagian mereka berpendapat bahwa bacaan surat dibaca pelan ketika melaksanakan shalat gerhana  di siang hari. Sebagian lain berpendapat tetap dikeraskan. Sebagaimana shalat ‘Id dan shalat Jum’at. Pendapat ini diungkapkan oleh Imam Malik, Ahmad dan Ishaq. Sedangkan Imam Syafi’i  berpendapat bahwa tidak perlu mengeraskan bacaan di dalam shalat gerhana matahari.” (Lihat: Sunan Tirmidzi 11/448 tahqiq Ahmad Syakir)

Dilakukan secara Berjamaah di Dalam Masjid

Shalat gerhana matahari disunnahkan untuk dilakukan di masjid. Hal ini sesuai dengan petunjuk Nabi SAW. Diantaranya adalah beliau mengumandangkan panggilan shalat gerhana dengan membaca “as-shalatul jami’ah”.

Demikian juga dengan kandungan makna dari hadits, yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan shalat gerhana secara berjamaah di masjid. Bahkan dalam riwayat Aisyah disebutkan bahwa, “Terjadi gerhana matahari pada saat Rasulullah masih hidup. Lantas beliau keluar menuju masjid. Kemudian beliau berdiri dan bertakbir, sedangkan para sahabat membuat barisan di belakang beliau….” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar berkata, “Pendapat  tentang disyariatkannya shalat gerhana matahari secara berjamaah adalah pendapat jumhur. Apabila imam yang bertugas belum hadir, maka sebagian dari mereka bertindak sebagai imam.” (Lihat: Fathul Bari, 11/539)

Bisa Lakukan Shalat Gerhana Sendiri

Meski demikian, seseorang yang menyaksikan gerhana matahari, namun kondisinya tidak memungkinkan untuk datang menghadiri shalat jamaah di masjid, maka tidak mengapa shalat sendirian di tempat tinggalnya.

Halaman
1234

Berita Terkini