Peraih Emas Angkat Besi Eko Yuli, Penggembala Kambing Asal Lampung yang Kini Jadi Miliarder

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Eko Yuli Irawan bersama ibunya saat ditemui di Kota Metro, Lampung, Selasa (30/8/2016).

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, METRO - Satu lagi medali emas di Asian Games 2018 bertambah untuk Indonesia. Adalah Eko Yuli Irawan, atlet angkat besi, yang mempersembahkan medali paling bergengsi itu.

Atlet angkat besi kelahiran Metro, Lampung, Eko Yuli Irawan, kembali menjadi bahan perbincangan.

Ada pemandangan menarik di arena pertandingan di Hall A, JIExpo, Jakarta, Selasa (21/8).

Baca: Saksikan Bulutangkis Indonesia Vs Jepang Asian Games 2018 Semifinal Beregu Putra, Ini Linknya

Presiden Jokowi menyaksikan langsung pertandingan dan mengalungkan medali emas kepada Eko Yuli.

Hasil maksimal yang diraih Eko sudah diprediksi.

Nama Eko Yuli juga pernah berkibar saat dirinya berhasil mempersembahkan medali perak untuk Merah Putih pada Olimpiade Rio 2016 dari nomor 62 kilogram putra, Agustus dua tahun silam.

Prestasi yang ditorehkan Eko saat itu sekaligus menciptakan rekor baru di ajang Olimpiade.

Eko menjadi atlet angkat besi satu-satunya yang mampu meraih medali secara beruntun di tiga turnamen Olimpiade yang diikutinya.

Penggembala kambing

Saman menunjukkan sejumlah medali yang telah diraih Eko Yuli Irawan dari angkat berat. ()

Eko adalah atlet kelahiran Metro, Lampung, yang mempunyai bakat alami. Ia berasal dari keluarga kurang mampu.

Ketika masih duduk di bangku SD, sepulang sekolah Eko biasa menghabiskan waktu seperti umumnya anak-anak dan remaja di pedesaan dengan menggembalakan ternak kambing di sawah atau di lapangan.

Takdir Eko menjadi atlet angkat besi (lifter) berawal saat ia menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat besi di sebuah klub di daerahnya.

Di sela-sela aktivitasnya menggembalakan kambing, lama kelamaan pria kelahiran 24 Juli 1989 ini pun tertarik menjajal barbel. Pelatih klub akhirnya mengajak Eko ikut berlatih.

Namun, siapa sangka Eko sebetulnya punya cita-cita menjadi pesepakbola, bukan atlet yang bermain dengan modal otot. Namun, Eko urung bergabung ke sebuah sekolah sepak bola (SSB) karena terbentur biaya pendaftaran.

"SPP (sumbangan pembinaan pendidikan) sekolah saja sering menunggak lama. Kok ini malah ingin ikut SSB yang harus membayar," kata Eko beberapa waktu silam.

Saman, ayah Eko, menuturkan, putra sulungnya itu melewati perjuangan dan pengorbanan panjang untuk menjadi atlet angkat besi. Eko kecil pun sempat dilarang untuk ikut latihan angkat besi.

Karena tugasnya kala itu adalah menggembalakan kambing untuk membantu menambah penghasilan keluarga.

"Yang larang ibunya. Karena kita susah. Dulu rumah geribik. Itu juga bukan kambing kita. Punya orang, bagi hasil. Tapi karena kemauannya keras, ya kita iyakan. Ternyata hasilnya luar biasa. Dia mengharumkan keluarga dan bangsa," tutur Saman, Selasa (9/8).

Untuk mewujudkan cita-citanya di bidang angkat besi, Eko harus rela tinggal jauh dari keluarga sejak kelas 5 SD.

Eko hijrah ke Bogor untuk berlatih

Eko Yuli Irawan (TRIBUNNEWS)

"Dulu, saya sempat nangis sekeras- kerasnya, dilihat orang banyak di stasiun. Masih kelas 5 SD sudah harus pindah ke Bogor untuk latihan. Jauh dari keluarga. Tapi dia kuat dan kerja keras," terang Saman.

Berlatih di Bogor di bawah sentuhan tangan dingin Yon Haryono dan Joni Firdaus, bakat juara ditunjukkan pria 27 tahun tersebut. Pengorbanannya meninggalkan keluarga sejak usia dini berbuah manis.

Pada kompetisi perdana tingkat junior tahun 2002 di Indramayu, Eko langsung menyabet emas pada kelas 35 kilogram.

Prestasi demi prestasi pun akhirnya dicatatkan Eko selepas torehan medali perdananya di Indramayu.

Hingga pada 2006, dirinya menuju Pelatnas. Dan berhasil mempersembahkan medali emas pada Sea Games 2007.

Seiring dengan keberhasilannya, pundi-pundi rezeki pun kian bertambah. Alhasil Eko memberangkatkan kedua orangtuanya naik haji pada 2011.

Membangun rumah baru di Jalan Waluh Tejo Agung, Metro Timur, membeli kebun 4,5 hektare dan sawah setengah hektare di Metro.

"Ya kalau sekarang itu ya tinggal bangganya saja. Senang. Tapi itu ya enggak datang tiba-tiba. Eko banyak membantu keluarga. Tapi yang paling utama membuat bangga," imbuhnya.

Banjir Bonus

Kini, dengan keberhasilan mendulang medali perak di Olimpiade Rio, atlet Lampung itu akan semakin bergelimang bonus.

Dengan keberhasilan meraih emas di Asian Games 2018, bonus uang sebesar Rp 1,5 miliar sudah menanti Eko.

Uang itu bakal menambah bonus yang sebelumnya juga ia dapatkan ketika meraih medali perak di Olimpiade Rio 2016.

Peraih medali perak di Olimpiade 2016 mendapat bonus sebesar Rp 2 miliar dari pemerintah.

Selain itu, peraih medali perak juga akan mendapat tunjangan hari tua sebesar Rp 15 juta setiap bulannya.

(Tribun Lampung)

Berita Terkini