UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Nasoha Tak Menyangka Suara Gemuruh Itu adalah Ombak Setinggi 4 Meter
Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, RAJABASA - Nasoha (45), warga Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, tak pernah menyangka bahwa suara gemuruh yang didengarnya merupakan ombak besar.
Ketika tsunami datang sekira pukul 21.00 WIB, Sabtu, 22 Desember 2018, Nasoha bersama sang anak sedang berada di rumah.
Saat ombak pertama datang, kata Nasoha, ia sempat keluar rumah dan mencari sumber suara.
• UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 7 Keluarga Guru asal GMP Mancing Diterjang Tsunami, 1 Anak Tewas, 3 Hilang
"Pas keluar, ternyata air sudah naik ke rumah setinggi lutut. Saya cepat masuk lagi ke rumah narik anak untuk keluar," cerita Nasoha, Minggu, 23 Desember 2018.
Nasoha sempat mengira air yang memasuki rumahnya hanyalah ombak pasang air laut.
Tetapi, lanjut Nasoha, ombak kedua setinggi empat meter lebih datang dan langsung menghantam rumahnya.
"Saya nggak sempat ngapa-ngapain lagi. Sama anak cuma bisa pelukan saja. Terus dalam sekejap saya sudah tergulung ombak," tutur Nasoha.
Nasoha mengalami luka robek di lengan kanan dan telinga kanan, serta memar di pelipis mata kiri.
Ia mengaku pasrah saat tergulung ombak.
"Tapi syukur, saya masih bisa selamat. Tapi rumah saya rata, tidak berbentuk lagi," ucap Nasoha.
43 Tewas di Lamsel
Sedikitnya 43 korban ditemukan tewas dalam tsunami Lampung, khususnya di kawasan pesisir Lampung Selatan.
"Sampai siang ini, dari laporan ada 43 korban meninggal yang ditemukan. Tim masih melakukan pencarian. Kemungkinan ada korban lain yang belum ditemukan," kata Plt Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto, Minggu, 23 Desember 2018.
Selain korban tewas, sejauh ini tercatat 112 orang mengalami luka-luka hingga patah tulang.
Sebagian korban luka dirawat di RSUD Bob Bazar, Kalianda.
• UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 43 Korban Tewas Ditemukan di Pesisir Lampung Selatan
Nanang mengatakan, Pemkab Lampung Selatan akan mendirikan posko di Desa Way Muli untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah juga akan menyiapkan layanan crisis center di RSUD Bob Bazar, Kalianda.
"Untuk saat ini kita lakukan upaya evakuasi korban dan tangggap bencana," terang Nanang.
Sejauh ini, beberapa daerah paling parah terdampak tsunami berada di Desa Way Muli dan Desa Kunjir.
14 Jenazah Ditemukan
Sebanyak 14 korban tewas dalam tsunami Lampung ditemukan di Desa Way Muli Induk, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu, 23 Desember 2018.
Warga dan tim gabungan masih melakukan pencarian korban lainnya yang mungkin belum ditemukan.
Jenazah korban akan disemayamkan di Masjid Nurul Hidayah.
Rencananya, jasad korban tewas segera dimandikan untuk dimakamkan.
Desa Way Muli menjadi salah satu desa yang paling parah terkena bencana tsunami Lampung.
Bahkan, tidak sedikit rumah warga yang rata dengan tanah.
Sampai siang ini, proses pencarian korban masih dilakukan.
Karena diperkirakan masih banyak korban yang belum ditemukan.
Remaja Hilang
Seorang remaja bernama Sahroni dilaporkan hilang dalam tsunami Lampung yang melanda Kalianda, Lampung Selatan, Sabtu, 22 Desember 2018 sekitar pukul 21.15 WIB.
Teguh (18), warga Merambung Desa Pandan, Kalianda, Lampung Selatan, mengatakan, Sahroni belum ditemukan pasca terjadinya tsunami Lampung di kawasan PPI Bom, Kalianda.
Saat kejadian, Teguh dan Sahroni bermain di tepi Pantai PPI Bom.
Tiba-tiba gelombang tinggi datang.
Teguh dan Sahroni pun berlari untuk menyelamatkan diri.
• UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Korban Tsunami di Lampung Jadi 20 Orang, Ini Daftar Namanya
“Gelombang datang tiga kali. Pertama, merobohkan motor yang kita pakai. Kita kemudian lari. Tapi, gelombang kedua dan ketiga datang,” beber Teguh.
Teguh sempat berpegang pada batu saat gelombang datang.
Pascatsunami, Teguh kehilangan jejak Sahroni.
“Saya nggak tau dia kebawa ombak apa nggak. Tapi, saya masih belum menemukan dia,” ujar Teguh.
Tsunami setinggi empat meter menghantam kawasan pesisir Kalianda dan pesisir Rajabasa, Sabtu malam.
Akibatnya, sebagian rumah warga di kawasan pesisir rusak berat.
Warga pesisir pun mengungsi ke rumah kerabatnya yang lebih aman.
Warga masih khawatir gelombang tinggi masih akan menerjang.
Dermaga Canti Rusak
Akibat gelombang tinggi yang melanda pesisir Lampung Selatan, Sabtu, 22 Desember 2018 malam, Dermaga Canti di pesisir Kecamatan Rajabasa rusak parah.
Dari pantauan Tribunlampung.co.id, Minggu, 23 Desember 2018, Dermaga Canti yang sehari-hari menjadi akses transportasi warga Pulau Sebesi rusak parah.
Papan lantai dermaga habis di sapu gelombang tinggi.
Beberapa warung di kawasan pantai ini juga rata dengan tanah disapu gelombang tinggi.
Pagi ini aktivitas di Dermaga Canti lumpuh total.
Tidak ada aktivitas kapal transportasi tradisional dari Pulau Sebesi.
"Semalam gelombang tinggi menghantam. Seluruh lantai dermaga habis tersapu gelombang," kata Yudi, warga sekitar.
Tidak hanya kawasan Dermaga Canti.
Gelombamg tinggi juga memorak-porandakan sejumlah daerah di kawasan pesisir Lampung Selatan.
Dari data BPBD setempat sampai, 7 korban dilaporkan meninggal dunia dan ratusan luka-luka.
Hari ini tim gabungan masih melakukan penyisiran kawasan pesisir pantai guna mencari kemungkinan adanya korban lain yang masih belum ditemukan.
Sejumlah rumah warga di kawasan pesisir Kalianda dan Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, rusak parah akibat diterjang gelombang tinggi pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam.
Dari pantauan Tribun, Minggu, 23 Desember 2018, daerah yang terparah terkena gelombang tinggi PPI Bom, Kalianda Bawah, kawasan Pantai Ketang, Pantai Canti, dan Kunjir di Kecamatan Rajabasa.
Kabid Penanganan Bencana BPBD Lampung Selatan Afendi mengatakan, saat ini pihaknya belum melakukan pendataan kerusakan.
Karena masih fokus pada evakuasi warga dan pencarian korban yang mungkin belum ditemukan akibat terbawa gelombang.
"Pagi ini tim gabungan masih melakukan penyisiran untuk mencari kemungkinan adanya korban lain yang belum ditemukan," terang dia.
8 Tewas di Kalianda
Sampai pagi ini, Minggu, 23 Desember 2018, sebanyak 8 korban meninggal dunia di wilayah Kecamatan Kalianda akibat gelombang tinggi yang melanda Pesisir Lampung Selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam.
“Sampai dengan pagi ini laporan yang kita dapatkan ada 8 warga kita yang meninggal akibat gelombang tinggi tersebut,” kata Camat Kalianda Erdiansyah kepada Tribunlampung.co.id.
Sedangkan untuk korban luka-luka akibat peristiwa tersebut dilaporkan lebih dari 100 orang.
Sedangkan untuk daerah yang terkenda dampak, kata dia, hampir di sepanjang pesisir pantai di wilayah Kecamatan Kalianda.
“Kalau daerah yang terkenda dampak sepanjang pesisir pantai, mulai dari Maja, Karet, Ketang, dan Merak Belantung,” ujar Erdi.
Menurut dirinya, korban meninggal atau pun luka-luka mungkin saja masih bisa bertambah.
Mengingat proses pencarian korban masih terus dilakukan oleh tim Basarnas dan tim gabungan.
Seperti diketahui, gelombang tinggi menghantam kawasan pesisir Lampung Selatan pada Sabtu malam sekitar pukul 21.15 WIB.
Akibat hantaman gelombang tinggi ini, sebagian wilayah kawasan pesisir pun porak-poranda.
Sebelumnya BPBD Lampung Selatan menjelaskan, terdata 7 orang korban meninggal akibat tsunami yang menerjang kawasan pesisir Lampung Selatan pada Sabtu malam.
“Sampai dengan pukul 05.00 WIB dari laporan yang masuk ada 7 korban meninggal dunia,” kata Kabid Penanggulangan Bencana BPBD Lampung Selatan Afendi.
Sedangkan untuk korban luka-luka tercatat sampai pagi ini ada 95 orang.
Korban meninggal di antaranya ada yang terbawa arus gelombang dan yang terkena reruntuhan bangunan yang roboh terhantam gelombang.
“Jumlah korban ini masih mungkin bertambah. Karena kita masih melakukan pencarian korban bersama dengan tim gabungan,” terang Afendi.
Menurut Afendi, untuk daerah yang terkena dampak paling parah ada di sepanjang Pesisir Kecamatan Rajabasa, seperti di Kunjir.
Untuk di Kalianda ada di kawasan PPI Bom dan di Sidomulyo di daerah Suak.
“Hari ini selain masih melakukan pencaharian korban, kita juga menyiapkan untuk penanggulangan bencana. Menyiapkan untuk kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana,” kata Afendi. (*)