Sebagai catatan, Pulau Sertung tingginya 182m sedangkan Pulau Panjang 132m.
Volume Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar antara 150-180 juta meter kibik.
Sementara volume yang tersisa saat ini yaitu sekitar antara 40-70 juta meter kibik.
Berkurangnya volume tubuh Gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunungapi yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 24-27 Desember 2018.
Proses pengamatan visual terus dilakukan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih presisi.
Saat ini letusan bersifat impulsif yang maksudnya yaitu sesaat sesudah meletus tidak nampak asap yang keluar dari kawahGunung Anak Krakatau.
Terdapat dua tipe letusan, yaitu letusan Surtseyan yang terjadi karena magma yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakataubersentuhan dengan air laut dan strombolian.
Lebih dekat dengan Tribunlampung, subscribe channel video di bawah ini:
Dengan kondisi seperti saat ini, potensi yang paling memungkinkan adalah terjadinya letusan-letusan Surtseyan.
Letusan jenis ini karena terjadi dipermukaan air laut, meskipun bisa banyak menghasilkan abu, tapi tidak akan menjadi pemicu tsunami.
Potensi bahaya lontaran material lava pijar masih ada.
Dengan jumlah volume yang tersisa tidak terlalu besar, maka potensi terjadinya tsunami relatif kecil, kecuali ada reaktivasi struktur patahan/sesar yang ada di Selat Sunda.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 28 Desember 2018, tingkat aktivitasGunung Anak Krakatau masih tetap Level III (Siaga).
(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)