Petinggi BNN Nyaris Baku Pukul dengan Kolonel TNI di Tempat Hiburan Malam: Saya Tembak Kamu

Editor: wakos reza gautama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Razia tempat hiburan malam di Pekanbaru

"Jangan dikeluarkan undercover. Itu tidak benar malah melawan saya waktu razia dan menunjukkan kekuatannya. Itu bukan undercover," ulasnya.

Agus menyebut bahwa Iwan juga sudah memaki petugas dari Satpol PP Kota Pekanbaru.

Kata makian ini diungkapkannya saat bersitegang dengan Agus.

"Padahal seharusnya diam saja, seperti pengunjung lainnya yang pulang dari sana," jelasnya. 

Aksi keributan yang terjadi antara Kepala Satpol PP Pekanbaru, Agus Pramono dengan Kabid Pemberantasan BNN Riau Kombes Pol Iwan Eka Putra di tempat hiburan malam Grand Dragon Jalan Kuantan, Kamis (22/8/2019) malam mendapat respons dari orang nomor satu di Provinsi Riau.

Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar, Jumat (23/8/2019) menyayangkan aksi tersebut.

Seharusnya, sesama pejabat negara tidak melakukan aksi yang tidak pantas tersebut.

Apalagi saat keributan terjadi, Satpol PP Pekanbaru sedang menjalankan tugasnya menegakkan Perda di tempat hiburan malam.

"Kasatpol PP ini kan dari Kota, jadi saya belum dapat laporan. Tapi itulah. Dalam perjalanan mereka (Satpol PP) bertugas, kita sesalkan juga ada kejadian seperti itu, apalagi mereka inikan sama-sama aparat pemerintah," kata Syamsuar.

Komentar Kepala BNN Riau

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Riau Brigjen Untung Subagyo akhirnya angkat bicara terkait insiden keributan di tempat dugem Grand Dragon di Jalan Kuantan Raya, Pekanbaru pada Jumat (23/8/2019) dini hari.

Di mana dalam kejadian itu, bawahannya Kabid Pemberantasan Kombes Iwan Eka Putra, bersitegang dengan Kasatpol PP Pekanbaru Agus Pramono.

Untung mengatakan, beberapa tempat yang dijadikan lokasi transaksi narkoba, termasuk tempat hiburan malam, memang sudah dipantau oleh pihaknya.

Bahkan pada malam itu, rencananya, pihaknya bakal mengungkap transaksi narkotika jenis pil esktasi yang diperkirakan jumlahnya sebanyak 5.000 butir.

Jaringan yang sedang dipantau ini, kata Untung, masih terkait dengan pengembangan dari pengungkapan kasus 8 kg sabu dengan 1 tersangka sebagai kurir, pada 14 Agustus 2019 lalu.

"Kita kembangkan dari sana, jadi ada informasi akan ada transaksi ekstasi atau inex sebanyak 5000 butir. Saya perintahkan Kabid Pemberantasan pada Kamis malam untuk memonitor atau melakukan undercover buy," ungkap Untung, Sabtu (24/8/2019).

Dia melanjutkan, sekitar pukul 01.00 WIB, anggotanya bersama Kabid Pemberantasan sudah berada di lokasi tersebut.

Ternyata pada saat yang bersamaan, personel Satpol PP melakukan razia di sana.

"Jadi memang sama-sama melaksanakan tugas, yang satu untuk penyelidikan kasus 5.000 butir ekstasi, Satpol PP juga dengan tugasnya melakukan razia. Sehingga terjadi komunikasi yang menyebabkan perasaan tidak enak antar masing-masingnya (Kasatpol PP dan Kabid Pemberantasan)," urai Jenderal bintang satu ini lagi.

Untung menyatakan, di satu sisi, kedatangan Satpol PP yang melaksanakan tugas di lokasi itu, bisa diartikan telah menggagalkan misi dari BNNP Riau.

"Target yang akan kita ungkap jadi gagal karena ada petugas satpol PP yang berseragam. Karena memang pengungkapan narkoba ini harus matang," sebutnya.

Akibat hal itu, dipaparkan Untung, ada semacam kekecewaan dari anggotanya karena akhirnya gagal melakukan pengungkapan.

"Jadi saat itu, anggota kami menanyakan ke petugas Satpol PP, sehingga terjadi adu mulut. Seharusnya, ini tidak perlu terjadi, manakala kita bisa memahami tugas pokok, fungsi, dan peran masing-masing," ucapnya.

"Terjadi adu mulut, anggota kami Kombes Iwan Eka Putra hendak diamankan, tapi saat hendak memberikan penjelasan, terjadi perdebatan," sambungnya.

Brigjen Untung menyesalkan terjadinya insiden itu.

Terlebih katanya, dalam pemberitaan yang beredar, seakan-akan malah dibuat Kabid Pemberantasan melakukan tindakan menghalangi tugas Satpol PP.

"Sebenarnya tidak, hanya sama-sama melaksanakan tugas. Disebut menghalangi atau jadi beking itu tidak benar. Justru kami dengan adanya kejadian ini, target kami jadi hilang. Pengungkapan gagal, sirna," tuturnya.

Petinggi BNNP Riau ini menduga, target 5.000 butir pil ekstasi yang gagal diungkap, kemungkinan sudah berhasil beredar terutama di Kota Pekanbaru.

"Entah sudah ke mana perginya mungkin sudah beredar di Pekanbaru. Tapi saya tetap akan berupaya, akan saya bersihkan peredaran narkoba. Saya sudah buktikan, selama kurun waktu Januari sampai Juli 2019, 70 kg sabu yang sudah kita ungkap, lalu 33 butir ekstasi," bebernya.

Sopir Tak Dengar Semboyan 35, Calon Pengantin Pria Tewas Sehari Jelang Ijab Kabul

Siapa Orangtua Felicia Tissue? Inilah Sosok Ayah dan Ibu Pacar Kaesang Pangarep Calon Besan Jokowi

Pernah Tusuk Perut Mantan Bupati, Terduga Teroris Dilumpuhkan Warga Saat Rampok Toko Emas

"Artinya kita buktikan kita serius dalam melaksanakan pengungkapan kasus narkoba ini, kita tidak main-main," sebut Untung lebih lanjut.

Untung menegaskan, setelah gagal melakukan pengungkapan akibat insiden malam itu, dia dan tim kini merasa lebih tertantang untuk melakukan pengungkapan narkoba.

"Bukan hanya 5000 butir itu saja. Akan kita ungkap yang lainnya, termasuk ke aktor intelektualnya, bekingnya," ungkapnya.

Sementara itu terkait insiden ini, Untung berencana akan melakukan komunikasi lebih lanjut dengan Wali Kota Pekanbaru.

(Tribun Pekanbaru)

Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul "Kasatpol PP Pekanbaru Sebut Ancaman Tembak dari Kabid Pemberantasan BNNP Riau: Seharusnya Diam Saja" dan  "BNNP Riau Sebut Pengungkapan 5000 Ekstasi Gagal Akibat Insiden Cek Cok di Tempat Hiburan Malam" 

Berita Terkini