Rustam melarang penumpang itu.
Mereka berdua pun sepakat berhenti di jalan setiap hendak merokok.
"Setiap mau merokok kita berhenti dulu. Ada dua kali kita berhenti, tapi untungnya dia mau gantian nyetir," kenangnya.
Sebelum menggantikannya, Rustam biasanya menanyakan apakah penumpang itu memiliki SIM.
Selain sering berganti peran dengan penumpang, Rustam juga tak jarang mendapatkan uang lebih.
"Kalau itu sering. Paling besar sekitar Rp 70 ribu," tambahnya pria yang ingin menjadi chef itu.
Dalam setengah sehari antar penumpang, ia bisa meraup sekira Rp 200 ribu.
Tak jarang ia mendapatkan perlakuan tak mengenakkan oleh penumpang yang masih menganggapnya sebelah mata.
Mereka seenaknya membatalkan pesanan saat Rustam hendak menjemputnya.
"Saya bilang tuli, terus tiba-tiba dicancel. Mereka nolak halus. Alasannya, maaf pak ada keperluan mendadak," beber dia.
Ia mengakui merasakan kesulitan berkomunikasi saat mengantarkan penumpang.
"Memang sulit tapi saya coba. Seringnya ketik di ponsel. Jadi kalau penumpang mau ngomong diketik aja," kata dia.
Bahkan, untuk memudahkan penumpang saat berhenti di tempat tujuan, Rustam menempelkan kertas di belakang helmnya.
Sebab, penumpang harus berulang kali menjelaskan kepada Rustam titik persis saat turun.
"Kadang kalau mau sampai itu alamatnya enggak sesuai aplikasi, saya bingung kadang enggak denger ketika penumpang mau belok kanan atau kiri," ungkapnya.
• Langsung Ditangkap Polisi, Korban Selamat Satu-satunya dalam Mobil Innova Saat Tabrakan Maut
• Tak Terima Ditilang Polisi, Pengendara Bakar Motornya
Ia menempelkan kertas sebagai petunjuk penumpang.
"Mohon maaf saya tuli, mohon kerjasamanya, 20 meter sebelum belok tepuk pundak saya."
"Jika belok kanan, tepuk kanan. Jika belok kiri, tepuk kiri."
"Jika berhenti tepuk keduanya. Terima kasih atas perhatiannya dan pengertiannya," begitu bunyi tulisan di belakang helmnya itu.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Terselip Cerita Sedih Eko Susilo Driver Ojol Viral di Bekasi yang Kayuh Sepeda