TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PESAWARAN - Delapan orang saksi diperiksa, Polres Pesawaran dalami penyebab kematian Aga Trias Tahta (19) mahasiswa FISIP Unila yang meninggal saat mengikuti Diksar Cakrawala.
Kapolres Pesawaran AKBP Popon Ardianto Sunggoro mengatakan pihaknya baru melakukan pemeriksaan terhadap delapan saksi dari tiga belas orang peserta Diksar.
"Tiga saksi dari korban, dan lima dari dari peserta Diksar, kemungkinan hari ini bisa bertambah (saksinya)," ungkapnya, Rabu 2 Oktober 2019.
Lanjutnya, saat ini pihaknya mendalami penyebab kematian korban, apakah karena sakit atau adanya penganiayaan.
"Dan memang kendalanya karena keluarga tak mau otopsi, kalau misalnya ada petunjuk jaksa maka kami harus melakukan otopsi," tegasnya saat di Mapolda Lampung.
Popon pun mengaku untuk perkara ini cepat ditangani pihaknya membentuk tim khusus dengan 16 personel.
"Dalam waktu dekat, kalau enggak hari ini, besok usai gelar perkara, bakal naik ke tingkat sidik," tuturnya.
Bakal naiknya status perkara ini, lanjut Popon mengingat bukti bukti sudah terkumpul.
• VIDEO Pengakuan Mengerikan Korban Diksar FISIP Unila
"Hasil visum korban peserta sudah kami kantongi, hanya saja visum korban yang meninggal belum kami terima dari pihak rumah sakit kalau luka-luka kayak lebam di pipi itu ada, tapi itu yang peserta, bukan korban," jelas Popon.
Lanjutnya, setelah naik sidik pihaknya akan meminta keterangan pihak panitia Diksar atau Anggota UKMF Cakrawala.
"Kalau sidik kami periksa, tapi yang jelas tidak ada sama sekali izin pelaksanaan Diksar ke Polres, kemudian juga tenaga medisnya juga (tidak ada sertifikasi)," tandasnya.
• BREAKING NEWS - Pengakuan Korban Diksar UKM FISIP Unila: Dipukuli, Ditampar, dan Merayap Tanpa Baju
Fakta-fakta meninggalnya Aga Trias Tahta
1. Ikuti Diksar
Sebelum meninggal, Aga Trias Tahta mengikuti diksar organisasi tersebut di Desa Cikoak, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Kamis (26/9/2019).
Tetangga korban, Muhammad Ariyanto mengatakan, keluarga mendapat kabar Aga Trias Tahta masuk Rumah Sakit Bumi Waras (RSBW) pada Minggu (29/9/2019) sekira pukul 14.00 WIB.
Dalam kabar tersebut, Aga disebut mendapat kecelakaan.
Lantas, keluarga menuju rumah sakit yang dimaksud.
Sesampainya di rumah sakit, keluarga sudah mendapatkan Aga Trias Tahta dalam keadaan tidak bernyawa.
Jenazahnya kemudian dibawa ke rumah duka sekira pukul 18.00 WIB.
2. Luka-luka dan lebam
Kondisi tubuh Arga Trias Tahta mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIP Unila mengalami luka-luka dan lebam.
Keadaan tersebut, diterangkan oleh ayahnya Arga, Denny Muhtadin (53) saat ditemui di rumah duka, Senin (30/9/2019) siang usai pemakaman.
Sebelum berangkat camping, Arga sempat mengikuti demo mahasiswa di gedung DPRD Lampung.
Lantaran Arga pergi ke kampus PP (Pulang-Pergi) pakai sepeda motor, pulang terlebih dahulu ke rumah sebelum berangkat camping.
Selanjutnya berangkat lagi diantar ayahnya untuk mengikuti kegiatan alam tersebut.
"Kalau mau camping ya camping, tapi cari selamat aja, jangan yang berbahaya-berbahaya," pesan Denny.
Arga berangkat mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam, selama empat hari, Kamis, 26 September 2019 hingga Minggu 29 September 2019.
Denny mengatakan, anak ketiganya tersebut menginformasikan kepulangannya pada Minggu, 29 September 2019.
Namun setelah tiba di hari yang ditunggu untuk menjemput putranya, Denny tidak juga memperoleh kabar.
Ia pun tidak mempunyai firasat, karena selalu mendoakan yang baik untuk anaknya.
Ketika nada dering ponselnya berbunyi ternyata bukan dari putranya.
Justru berasal dari Rumah Sakit Bumi Waras (RSBW), Minggu pukul 14.00 WIB, yang mengabarkan kondisi sang putra.
3. Harapan Keluarga
Kakak kandung Arga, Gani Dewantara (27) menuturkan, keluarga meminta kepolisian mencari titik terang penyebab kematian Arga.
Sebab, tambah dia, informasi yang didapat keluarga berbeda-beda. Dia juga menyayangkan penyelenggara kegiatan yang tidak menyiagakan tim medis pada acara tersebut.
Padahal dalam acara itu banyak menguras energi, dan daya tahan tubuh peserta.
Kakaknya yang lain, Amin Abdulrahman (36) menyatakan tidak menerima dengan apa yang sudah menimpa adiknya.
Dia menilai dari melihat kondisi fisik jasad almarhum tidak hanya dikarenakan jatuh.
Sebagaimana yang diceritakan pihak panitia, Arga terjatuh ke jurang. "Ada sesuatu yang disembunyikan panitia," tukasnya.
Sampai sejauh ini, keluarga masih menunggu kebijakkan dari pihak Universitas Lampung dan menunggu hasil dari penyelidikkan kepolisian.
4. Penjelasan Pengurus UKMF Cakrawala
Kegiatan diksar UKMF Cakrawala digelar di Desa Cikoak Padang Cermin Pesawaran dimulai sejak Rabu (25/9/2019.).
Dalam kasus ini seorang mahasiswa Sosiologi FISIP Unila Aga Trias Tahta diduga meninggal saat mengikuti Diksar.
Menurut Pengurus UKMF Cakrawala Shyntia Claudia Mahasiswi prodi Sosiolog, Aga meninggal pada Minggu, 29 September 2019.
Diceritakannya pada hari Kamis atau hari kedua diksar, korban sempat terjatuh diduga mengalami drop.
"Tapi langsung ada upaya penanganan dari panitia di bawa ke rumah warga di atas puncak," terangnya.
Sabtu, lanjutnya, korban kembali terjatuh.
"Minggu korban juga persiapan ada pelantikan dan kembali terjatuh, dan dibawa langsung ke rumah sakit," terangnya.
Mengenai kegiatan diksar ini Shyntia mengaku sudah memenuhi standar.
Adapun targetnya setiap diksar ini adalah melatih mental, kemudian untuk latihan fisiknya seperti push up.
"Kegiatan ini sudah sesuai standarnya, agar bisa menghadapi alam apalagi suasananya dingin di alam," paparnya.
Shytia menyebutkan ada 13 mahasiswa yang mengikuti diksar, 12 peserta dari angkatan 2019 atau mahasiswa baru dan 1 mahasiswa angkatan 2018.
5. Tolak Autopsi
Polres Pesawaran terus mendalami kasus meninggalnya Aga Trias Tahta (19), mahasiswa jurusan Sosiologi FISIP Unila angkatan 2019, yang meninggal dunia saat mengikuti diksar di Desa Cikoak, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran, Minggu (29/9/2019).
Aga meninggal saat mengikuti pendidikan dasar (diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Cakrawala FISIP Unila.
Kapolres Pesawaran AKBP Popon Ardianto Sunggoro mengungkapkan, petugas sudah mendatangi rumah duka untuk melakukan identifikasi jenazah anak ketiga pasangan Denny Muhtadin (53) dan Rosdiana (52) ini.
"Kita kan pengennya autopsi. Tapi pihak keluarga menolak untuk diautopsi," ujar Popon via telepon, Senin (30/9/2019) petang.
Selain itu, kata Popon, diduga ada mahasiswa lain yang diduga menjadi korban dalam diksar UKM Cakrawala FISIP Unila.
Korban saat ini sudah melapor ke Polres Pesawaran.
Dari informasi yang diperoleh, korban bernama Aldi Dharmawan.
Korban saat ini masih dirawat di RS Bayangkara, Bandar Lampung.
"Yang dirawat di rumah sakit sudah melapor," kata Popon.
Popon menegaskan, pihaknya masih mendalami dugaan penganiayaan dalam kegiatan diksar itu.
Ayah Aga Trias Tahta, Denny Muhtadin, membenarkan pihak keluarga menolak jasad putranya diautopsi.
"Saya tidak memberi izin untuk yang namanya diperiksa dalamnya, dibedah. Saya tidak memberi izin," katanya.
Kakak korban, Gani Dewantara (27), mengatakan hal sama.
Menurut Gani, meskipun tidak ingin korban diautopsi, phak keluarga mengharapkan polisi bisa mengungkap misteri kematian adiknya.
Sebab, penjelasan yang diberikan panitia penyelenggara diksar masih simpang siur.
Aga meninggal dunia saat mengikuti diksar UKM Cakrawala FISIP Unila di Desa Cikoak, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran, Minggu (29/9/2019).
Jenazah Aga sudah dimakamkan di TPU Dusun Wonokarto, Pekon Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, Senin (30/9/2019) sekira pukul 11.00 WIB.
Sebelum dimakamkan, jenazah sempat disemayamkan di rumah duka, Dusun Wonokarto.
Kemudian jenazah disalatkan di musala dekat rumah duka.
(Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa/R Didik Budiawan C/Bayu Saputra)