Menurut dia, perusakan pertama tidak masalah. Sebab, kerugiannya tergolong kecil.
Pada perusakan kedua, mereka melapor ke polisi.
Sementara yang terakhir perahu mereka dibakar.
"Dari perahu-perahu itu minimal kami sehari dapat Rp 150 ribu. Kalau banyak sehari bisa dapat Rp 300 ribu," ujar Sofyan.
Sofyan mengungkapkan, kemungkinan rangkaian peristiwa ini ada kaitannya dengan aksi pembakaran rumah warga.
Sebulan lalu ada tiga rumah warga pekon setempat dibakar oleh orang misterius.
"Di rumah yang dibakar itu kecium bau pertalite dan minyak tanah. Jadi ada kursi-kursi sofa yang sudah basah dengan bau pertalite," terang Sofyan.
Sejak insiden itu, warga menerapkan ronda malam.
Menurut Sofyan, perusakan dan pembakaran perahu bukan disebabkan adanya persaingan usaha.
"Kalau persaingan usaha pasti di pantai yang lebih banyak nelayannya. Kalau di sini tidak banyak. Kami juga biasa bagi-bagi hasil. Tidak punya umpan, tinggal ambil. Rokok juga begitu," kata Sofyan.
Selain itu lokasinya pun aman, sebab motor para nelayan sering ditinggal di pantai begitu saja saat melaut.
Selama itu tidak pernah ada perahu yang hilang.
• Perahunya Terbalik, 5 Warga Pesawaran Tenggelam di Laut, 1 Meninggal Dunia
Begitu juga jika ada pemancing dari luar daerah, warga tidak pernah mengganggu.
"Di sini aman. Motor ditinggal di pantai seharian tidak apa-apa. Di sini tidak ada yang mencuri," ujar Sofyan. (tribunlampung.co.id/tri yulianto)