TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Setelah seorang jenderal dibunuh, sejumlah pejabat Iran termasuk pemimpin tertinggi mereka, bersumpah balas dendam.
Sang jenderal dibunuh dalam serangan rudal Amerika Serikat.
Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds yang merupakan sayap Garda Revolusi, terbunuh di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Dia tewas bersama wakil kepala organisasi paramiliter Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, dalam rentetan serangan rudal.
Pentagon menyatakan, jenderal top Iran itu tewas dalam serangan berdasarkan "arahan" dari Presiden Donald Trump.
• Jenderal Top Iran Tewas Kena Serangan Rudal AS
• Kisah Jenderal Purnawirawan Nyaris Adu Tembak dengan Pengawal PM Israel, Kawal Soeharto di Amerika
• Ibu Kurung 4 Anak Gadisnya Bertahun-tahun, Ada Anaknya yang Kini Berusia 45 Tahun
Dalam kicauan di akun Twitter, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan tiga hari berkabung atas kematian Qasem Soleimani.
"Dia mati syahid setelah upayanya yang tidak kenal lelah selama bertahun-tahun," ucap Khamenei dilansir AFP Jumat (3/1/2020).
Khamenei menyatakan, dengan kehendak Tuhan, segala pekerjaan maupun langkah komandan 62 tahun itu tidak akan sia-sia.
"Balas dendam yang sangat menyakitkan menunggu para kriminal yang telah menumpahkan darah para martir itu di tangan mereka," ancam Ayatollah Ali Khamenei.
Khamenei menyatakan Soleimani adalah "wajah perlawanan dunia".
Sang jenderal dibunuh, lanjut Khamenei, oleh negara "paling kejam yang ada di Bumi".
Pemimpin tertinggi itu mengklaim, segala pihak yang berseberangan dengan Amerika Serikat, bakal siap untuk membalaskan kematian Qasem Soleimani.
"Kehilangan jenderal kami memang pahit."
"Namun meneruskan perjuangannya dan mencapai kemenangan bakal membuat para penjahat getir," janji Ayatollah Ali Khamenei.
Senada dengan Khamenei, Presiden Hassan Rouhani menyatakan, kematian Soleimani yang disebutnya "syahid" telah menghancurkan negara di Timur Tengah.