TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sejumlah gedung terbengkalai milik pemerintah terdeteksi di sejumlah tempat di Lampung.
Sejumlah bangunan tersebut bahkan bernilai fantastis hingga miliaran rupiah.
Satu di antaranya adalah bekas gedung RSUD Pringsewu.
Akibat menjadi gedung terbengkalai, eks RSUD Pringsewu kerap dijadikan lokasi membuat Vlog berburu hantu.
Berikut, reportase liputan khusus Tribunlampung.co.id terkait gedung terbengkalai milik pemerintah di Lampung.
• Terlihat Usang dan Terbengkalai, Begini Kondisi Dalam Rumah yang Ditinggalkan Ini
• Warga Bandar Lampung Keluhkan Pemadaman Listrik: Pekerjaan Rumah Jadi Terbengkalai
• Aset Bangunan Rp 4,6 Miliar di Lampung Jadi Tempat Berburu Hantu dan Pasangan Mesum
• Mayat dengan Tangan Terpotong di Kebun Sawit Ternyata PNS asal Bandar Lampung
Selain eks RSUD Pringsewu, gedung terbengkalai milik pemerintah lainnya berupa terminal hingga eks bangunan kantor.
Kondisi bangunan tersebut pun terlihat nyaris ambruk.
Namun, bangunan-bangunan tersebut dibiarkan begitu saja, tidak dihuni apalagi diurus.
Mirisnya lagi, Bangunan-bangunan tersebut juga disalahgunakan oleh warga.
Ada yang menggunakannya sebagai tempat pacaran, hingga "rumah" bagi para tunawisma.
Meski begitu, ada pula warga yang menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat favorit membuat Vlog soal berburu hantu akibat diniliai angker.
Aset berupa gedung terbengkalai tersebut, di antaranya bangunan bekas RSUD Pringsewu, eks Terminal Kali Cinta di Lampung Utara, Pasar di Terminal Kemiling Bandar Lampung, hingga eks Bangunan kantor DJP Bengkulu-Lampung di Bandar Lampung.
Pantauan Tribunlampung.co.id di eks RSUD Pringsewu di Jalan Kesehatan, Pringsewu, pada Selasa (21/1/2020), sejumlah pintu ruangan jebol dan terbuka, plafon jebol, kaca-kaca jendela pecah.
Pintu gerbang terbuka, sejumlah besi pagar sudah copot.
Rumput tumbuh tinggi di halaman eks rumah sakit itu.
Sementara di depan RSUD, di tepi jalan, terdapat halte.
Setiap malam, terdapat sejumlah orang nongkrong di lokasi tersebut.
Selain itu, terkadang terlihat pasangan tidak resmi masuk ke kompleks eks RSUD Pringsewu.
Diduga, tempat itu menjadi lokasi mesum.
"Kita pernah melihat pasangan, kadang melihat pas masuk, kadang juga pas keluar," ungkap Yono, yang sering melintas di depan rumah sakit tersebut malam hari.
Sementara, anggota Paguyuban Kali Jogo yang biasa membuat Vlog berburu hantu di eks RSUD ini, Hendri menuturkan, komunitasnya tertarik ngeVlog di eks RSUD Pringsewu untuk menjawab rasa penasaran netizen dan rekan-rekan mereka.
"Bahasanya Bangunan RSUD itu kan sudah tidak terpakai, jadi yang diinginkan kawan-kawan ini, apa iya, dengan rumor yang angker dan lain-lain ini (benar)," ujarnya.
Kelompok lainnya, Rangga Anggara melakukan pembuktian dengan cara yang berbeda.
Apabila komunitas lain memakai media, dia justru menggunakan metode eksplore.
Rangga mengaku sudah tiga kali mendatangi Bangunan eks RSUD untuk menangkap sosok yang dicari dengan video kamera.
Kegiatan tersebut dilakukan bersama rekannya selama kurang lebih dua jam.
Mulai pukul 00.00 hingga pukul 02.00 WIB.
Dia mengaku awalnya hanya ikut-ikutan bikin Vlog berburu hantu untuk menjawab rasa penasaran atas rumor horor Bangunan bekas RSUD Pringsewu.
"Spot atau kesan seram dapet, dari bentuk Bangunan sudah kayak Bangunan lama, eks RS terkesan angker," kata Rangga.
Eks RSUD Pringsewu ini mangkrak sejak pelayanan rumah sakit pindah ke tempat baru di Pekon Fajar Agung, Kecamatan Pringsewu, sekitar 2016 lalu.
Sampai saat ini, kurang lebih empat tahun Bangunan RSUD tidak terpakai dan tidak terawat.
Tak Anggarkan Perawatan
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pringsewu, Arif Nugroho mengatakan, pemerintah tidak menyediakan anggaran perawatan gedung tersebut.
Sebab, kalau dianggarkan biaya perawatan, sementara bangunan tidak terpakai, hal itu menjadi tidak efektif.
Ia sangat menyayangkan dengan kosongnya bangunan tersebut.
Apalagi aset tersebut nilainya tidak sedikit.
Setotal, kata dia, Rp 4,6 miliar.
"Rincinya, nilai tanahnya saja sebesar Rp 500 juta. Sedangkan nilai Bangunannya Rp 4,1 miliar," kata Arif.
Dia mengungkapkan, Bangunan eks RSUD Pringsewu ini tadinya diwacanakan untuk rumah sakit khusus.
Apakah itu khusus kanker, mata, atau lainnya.
Pihaknya juga pernah mewacanakan untuk sentral pelayanan perizinan atau mall pelayanan perizinan pemerintah.
Namun sampai saat ini, belum ada keputusan akan dipakai untuk apa eks Bangunan RSUD Pringsewu tersebut.
Eks Terminal
Kondisi tak kalah memprihatinkan terlihat pada eks Terminal Kali Cinta di Lampura.
Pantauan Tribun Lampung, Sabtu (18/1), dari lahan sekitar 2 hektare, terdapat empat Bangunan.
Pertama Bangunan untuk kantor, yang sebelumnya digunakan untuk terminal tersebut.
Kemudian Bangunan rumah pegawai. Selanjutnya ada Bangunan ruko, serta satu Unit pos tempat pemungutan retribusi.
Di lokasi banyak ditumbuhi ilalang. Bangunan yang dipakai untuk kantor serta Bangunan lain nyaris ambruk. Kayu kusen sudah keropos.
Bahkan kayu untuk penyangga plafon sudah ada yang patah. Tembok juga sudah banyak coretan.
Jasuli, salah satu penunggu rumah di eks Terminal Kali Cinta, mengatakan eks terminal ini merupakan aset Pemkab Lampung Utara.
PemBangunan dilakukan sekitar tahun 1989.
Namun, menurut dia, penggunaannya hanya berlangsung tiga tahun saja.
"Penyebabnya, ada peristiwa kerusuhan antara kelompok warga dengan agen bus di tempat tersebut. Kejadiannya sekitar akhir tahun 1991,” katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Syahrizal Adhar mengatakan, terminal tersebut dibangun pemkab.
Namun seiring waktu, jumlah warga yang menggunakan angkutan umum semakin berkurang.
Kondisi itu berdampak pada penurunan jumlah pendapatan asli daerah dari terminal ini.
Selain itu juga pendapatan yang masuk tidak bisa untuk membiayai perawatan gedung.
“Waktu itu, jumlah PAD dengan biaya perawatan gedungnya tidak seimbang,” katanya.
Ke depannya, rencana gedung tersebut dipakai untuk kantor Samsat.
Di mana, pemkab Lampung Utara sudah melaporkan kepada pemerintah Provinsi Lampung untuk menghibahkan sebagai kantor samsat.
Sarang Tunawisma
Semenetara bekas Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kanwil Bengkulu dan Lampung di perempatan Jalan Cut Mutia, Kelurahan Pengajaran, Kecamatan Teluk Betung Utara, Bandar Lampung, menjadi "rumah" bagi para tunawisma.
"Kalau malam biasa ditempati gembel tidur. Siang seperti sekarang ini biasa lagi cari barang rongsokan," beber Suswati, pedagang kaki lima di seberang Bangunan ini.
Pantauan Tribun, sekitar Bangunan ditumbuhi rumput liar.
Material kaca, pintu, dan jendela banyak yang hilang.
Bahkan di beberapa bagian atap dan plafon Bangunan sudah jebol.
Sementara, sisa-sisa sampah bekas Bangunan bertumpuk di luar dan dalam Bangunan.
Di dekat pagar masih terpasang papan nama kantor bertuliskan "Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Bengkulu dan Lampung Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak".
Ada juga plang bertuliskan "Dharma Wanita Provinsi Lampung Unit Keuangan".
Warga sekitar menyebut kantor itu dulunya merupakan kantor pajak.
Namun sejak tahun 2010-2011 aktivitas di gedung tersebut berkurang setelah DJP menempati gedung baru di Jalan Pangeran Emir M Noer No 5 A yang hanya berjarak sekitar satu kilometer.
Masih di Bandar Lampung, Bangunan yang juga mangkrak yakni Pasar Terminal Kemiling.
Pasar ini tidak dihuni, tak terawat dan kumuh.
Sampah terlihat berserakan di lantai, aroma pesing juga tercium di sana, dindingnya banyak coretan.
Boklam lampu untuk dikios hamparan juga tidak ada.
Kabid Pengelolaan Pemeliharaan Pasar PD Tapis Berseri, Nizam mengatakan, sampai saat ini pasar tersebut belum dikelola oleh pihaknya.
Menurutnya, jika Wali Kota Bandar Lampung Herman HN mendelegasikan kepada PD pasar maka akan dikelola dengan baik seperti pasar yang lainnya.
"Memang mangkrak pasar itu dan saat ini yang mengelolanya masih pihak Dinas Perdagangan," kata dia, kemarin.
Kadis Perdagangan Ardiansyah mengatakan, Wali Kota Bandar Lampung Herman HN telah memfasilitasi pedagang untuk berjualan di sana.
Bahkan diberikan kesempatan untuk berdagang gratis beberapa waktu.
Fasilitas juga sudah diperbaiki. Namun tetap tidak ada konsumennya. Sehingga pedagang tidak mau berjualan di sana. (Tribunlampung.co.id/R Didik Budiawan C/Anung Bayuardi/Joviter Muhammad/Bayu Saputra)