Setelah didesak, akhirnya Ikhsan mengakui bila sudah melakukan penipuan. Namun, ia tidak sendiri melainkan ada dua orang lainnya juga terlibat.
"Ide ini kami betiga, saya, Martin dan Mona. Kami sengaja menyasar orang yang ingin masuk PNS," kata Ikhsan dihadapan penyidik.
Dari nyanyian Iksan, dilakukan pengembangan.
Pengembangan dilakukan dan akhirnya menangkap Martin dan Mona.
Tersangka Martin bertugas sebagai penerima dan pemberi arahan kepada saat diklat.
Sementara Mona, mengaku sebagai dari Kemenkes RI dengan tujuan agar korban percaya bila modus penipuan yang mereka lakukan tidak tercium.
"Korban tidak sampai 86 orang, karena banyak yang mengundurkan diri. Bahkan uang mereka sudah kami kembalikan.
Karena banyak mundur, uang yang didapat dari para korban sekitar Rp 600 - 700 juta dan uangnya dibagi tiga," katanya.
Ikhsan beralasan, mereka bukan calon penerimaan CPNS melainkan biro jasa.
Mereka membantu orang untuk bisa mengikuti tes CPNS dengan terlebih dahulu mengikuti Diklat yang mereka laksanakan.
"Uang hasil dari ini, saya gunakan untuk kehidupan sehari - hari. Ada yang untuk jalan - jalan dan buka usaha," pungkasnya.
Dit Intelkam Polda Sumsel mengungkap tindak tanduk para pelaku setelah menindaklanjuti laporan dari M Eni (51).
Tiga tahun berharap anaknya bisa menjadi PNS di RS Siti Fatimah Palembang, Muhammad Eni (51) ternyata sadar sudah menjadi korban penipuan yang dilakukan sindikat penipuan penerimaan PNS.
Karena merasa menjadi korban penipuan, akhirnya Muhammad Eni melaporkan hal tersebut ke SPKT Polda Sumsel.
Dari laporan tersebut, dilakukan tindak lanjut dengan penyelidikan.