Tribun Bandar Lampung

Lampung Sweeping Community, Awal Terbentuk Diajak Ketua RT Bersihkan Sampah di Kampung Baru 3

Penulis: Jelita Dini Kinanti
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lampung Sweeping Community. Lampung Sweeping Community, Awal Terbentuk Diajak Ketua RT Bersihkan Sampah di Kampung Baru 3

Laporan Reporter Tribun Lampunyn Jelita Dini Kinanti

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Lampung Sweeping Community merupakan komunitas yang bergerak dibidang sosial dan lingkungan.

Komunitas ini resmi terbentuk sejak tanggal 23 Maret 2019.

Ketua Umum Lampung Sweeping Community Orima Melati Davey mengatakan, awal terbentuknya Lampung Sweeping Community karena diajak Ketua RT Kampung Baru 3 Panjang Utara untuk membersihkan sampah di sana.

Baik sampah yang ada di pinggir laut maupun di laut.

Jenis sampahnya banyak, ada sisa makanan, plastik pembungkus seperti pembungkus makanan, barang bekas, dan sebagainya.

Penulis Buku Empedu Tanah Inggit Putria Marga: Menulis Puisi adalah Tantangan

Jalan Rawa Enggal Disulap Jadi Kampung Tertib Lalu Lintas, Warga Antusias Mural Edukasi

Kisah 2 Siswa SD di Lampura Memulung Setiap Pulang Sekolah, Relakan Masa Kanak-kanak Demi Bantu Ibu

Nelayan Tanggamus Dikabarkan Hilang di Tengah Laut, Hanya Ditemukan Kapal

Sampah-sampah itu berasal dari penduduk setempat.

"Setelah kami ikut membersihkan sampah di sana, kami berpikir lebih baik membuat komunitas saja. Lalu akhirnya kami membentuk Lampung Sweeping Community Club. Sejak Lampung Sweeping Community terbentuk, kami rutin membersihkan sampah sebulan sekali di Kampung Baru 3," kata Orima, Sabtu 22 Februari 2020.

Menurut Orima setiap kali membersihkan sampah di sana, Lampung Sweeping Community mengajak volunteer.

Namun sejak bulan Agustus, pembersihan sampah di sana dihentikan, dan diganti dengan kegiatan kunjungan rutin kesana untuk melakukan observasi.

"Dari hasil observasi kami, cara untuk mengatasi sampah di sana dengan melakukan reklamasi dan membuat akses untuk memudahkan penduduk membuang sampah ke TPS (tempat pembuangan sampah). Selama kami berada disana, yang kami lihat akses penduduk menuju ke TPS agak sulit," urai Orima.

Kemudian bulan Desember 2019 kunjungan ke sana dihentikan, karena tahun 2020 Lampung Sweeping Community sedang konsentrasi ke kegiatan sweepers go to school.

Kegiatan itu dilaksanakan bulan Februari-Maret 2020.

Dalam kegiatan itu Lampung Sweeping Community mengunjungi Xaverius Pahoman, SMK N 6, SMA YP Unila, SMA Fransiskus, dan SMP N 12. Kunjungan itu untuk memilih duta lingkungan masing-masing sekolah.

Duta lingkungan yang terpilih nantinya akan membuat program-program lingkungan di sekolah masing-masing. Diharapkan duta lingkungan di sekolah-sekolah itu tidak hanya ada di tahun ini.

Tapi akan terus ada hingga tahun-tahun berikutnya.

Selain memilih duta lingkungan, Lampung Sweeping Community juga mengadakan inspiring session untuk dengan narasumber Founder of the Sanitizer Initiative Giri Marhara dan Putera Bahari Indonesia 2019 Irvan Apriza.

Kedepannya rencananya Lampung Sweeping Community akan mengadakan workshop.

Dalam workshop itu Lampung Sweeping Community akan mencari pemateri yang ahli dibidang lingkungan akan mengajak duta lingkungan dari sekolah-sekolah.

Orima: Buang Sampah Sembarangan Bisa Terkena Penyakit Kolera

Sampah merupakan permasalahan yang tidak akan selesai dibahas sampai kapanpun.

Sebab selama masih ada manusia yang hidup, sampah akan selalu ada.

"Manusia hidup pasti menghasilkan sampah. Nah tinggal bagaimana sikap manusia terhadap sampah itu. Apakah akan dibuang sembarangan, atau dibuang di tempat sampah," ujar Orima.

Orima mengatakan, sampah yang dibuang sembarangan ditemukan di banyak tempat.

Ada yang dijalan, got, kali, pinggir laut, laut, dan sebagainya.

Namun mirisnya buang sampah sembarangan masih banyak dilakukan orang.

Padahal sampah sembarangan banyak dampaknya, seperti penyakit, dan banjir.

Penyakit yang paling sering menyerang manusia karena sampah adalah diare dan kolera.

Orima pernah mendengar cerita salah satu volunteer.

Ada salah satu kampung di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan yang banyak penduduknya terserang diare dan kolera.

Penyebabnya kebiasaan penduduknya menimbun sampah.

Lalu timbunan sampah itu membuat air disana terkontaminasi.

Akhirnya semua penduduk disana bergotong royong membersihkan sampah.

"Kampung itu bisa kita jadikan pelajaran. Kalau sampah bisa sebabkan diare dan kolera. Apakah kita harus menunggu terserang diare dan kolera dulu baru kita mau membersihkan sampah dan tidak membuang sampah sembarangan?" kata Orima. (Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)

Berita Terkini