TRIBUNLAMPUNG.CO.ID – Salat Witir merupakan salah satu amalan di bulan Suci Ramadan.
Salat witir dikerjakan saat malam hari, tepatnya usai waktu salat isya dan sebelum memasuki waktu salat subuh, yang laksanakan dengan jumlah rakaat ganjil.
Lalu, apakah hukum atau diperbolehkan melaksanakan salat witir dengan hanya satu rakaat?
Shalat Witir umumnya dilakukan setelah melangsungkan ibadah salat lainnya, seperti tarawih dan tahajjud.
Adanya Shalat Witir bukan tanpa tujuan, melainkan sebagai pelanksana ibadah pemungkas waktu malam untuk "mengganjili" salat-salat yang genap. Oleh karenanya dianjurkan pada akhir salat malam.
Selain menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Pada malam hari selepas Shalat Isya, umat Muslim juga dianjurkan melaksanakan ibadah sunah Shalat Tarawih.
Shalat Tarawih diakhiri dengan Shalat Witir.
Selain untuk mengakhiri Shalat Tarawih, Shalat Witir juga bisa dilakukan untuk menutup Shalat Tahajjud.
Shalat Witir adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari antara setelah waktu Isya dan sebelum waktu salat subuh, dengan rakaat ganjil.
Shalat ini dilakukan setelah shalat lainnya, sepertti Shalat Tarawih dan Tahajjud.
Shalat Witir terhitung dari satu hingga sebelas rakaat.
Apakah hukum atau diperbolehkan melaksanakan salat witir dengan hanya satu rakaat?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut penjelasan ulama dilansir nu.or.id.
Mereka yang hanya sanggup mengerjakan satu rakaat shalat Witir boleh melaksanakannya tanpa kemakruhan.
وأدنى الكمال ثلاث وأكمل منه خمس ثم سبع ثم تسع (وأكثره إحدى عشرة) وهي غاية الكمال
Artinya: “Batas minimal kesempurnaan shalat witir adalah tiga rakaat. Yang lebih sempurna dari itu adalah lima rakaat, kemudian tujuh rakaat, kemudian sembilan rakaat. (Jumlah maksimal shalat witir adalah sebelas rakaat). Ini puncak keistimewaan shalat witir,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], halaman 100).
Sebagaimana diketahui, Shalat Witir satu rakaat boleh dilakukan.
Meski demikian, Shalat Witir satu rakaat menyalahi yang utama sehingga sebaiknya dilakukan minimal tiga rakaat.
Tetapi berapapun jumlah rakaat yang dipilih, seseorang harus menyudahi Shalat Witir-nya dengan bilangan ganjil satu rakaat menurut qaul yang rajih.
Adapun berikut ini adalah lafal niat Shalat Witir satu rakaat sebagai imam:
اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal Witri rak‘atan mustaqbilal qiblati adā’an makmūman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku menyengaja sembahyang sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”
Sementara berikut ini adalah lafal niat Shalat Witir satu rakaat sendirian:
اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal Witri rak‘atan mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku menyengaja sembahyang sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”
Adapun surat yang dibaca setelah pembacaan Surat Al Fatihah bersifat sunah.
Mereka yang shalat Witir sendiri dapat memilih surat mana saja yang mudah baginya untuk dibaca setelah Surat Al Fatihah.
Lazimnya dianjurkan pembacaan Surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas.
Jadi, secara teknis, tata cara Shalat Witir satu rakaat menurut Madzhab Syafi’i adalah sebagai berikut:
1. Pelafalan niat shalat Witir.
2. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.
3. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
4. Baca ta‘awudz dan Surat Al Fatihah. Setelah itu ia membaca Surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas dengan jahar (lantang).
5. Rukuk.
6. Itidal.
7. Baca doa qunut di paruh kedua bulan Ramadhan.
8. Sujud pertama.
9. Duduk di antara dua sujud.
10. Sujud kedua.
11. Duduk tasyahhud.
11. Salam.
13. Istighfar, zikir, dan dianjurkan membaca doa setelah selesai Shalat Witir.
Wallahu a’lam. Demikian penjelasan hukum atau diperbolehkan melaksanakan salat witir dengan hanya satu rakaat?. (tibunlampung.co.id/tama yudha wiguna)