Warga Lampung Kuliah di Luar Negeri di Tengah Pandemi Corona, Kampus Tutup, Kuliah via Daring  

Penulis: Debby Rizky Susilo
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

M Alfiza Farhan yang melakukan penelitiannya di Laboratorium Kyushu University, Jepang. Warga Lampung Kuliah di Luar Negeri di Tengah Pandemi Corona, Kampus Tutup, Kuliah via Daring  

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Beberapa warga Lampung yang kuliah di luar negeri harus tetap menjalani study meski di tengah pandemi Corona.

Mereka tidak pulang ke Tanah Air, melain tetap kuliah meski dilakukan secara virtual di sana.

Seperti apa kisahnya?

Muhammad Alfiza Farhan, warga Metro, menempuh pendidik masternya di Kyushu University, Jepang.

Ia menjadi salah satu warga Lampung yang merasakan kuliah di tengah pandemi Corona.

Cerita Ibu-ibu Gapura Lampung Utara Dirikan Warung Sedekah, Ada Sayuran hingga Baju Gratis

Cerita Selebgram Beri Endorse Gratis Bagi UMKM, Ingin Bantu Pelaku Usaha Bangkit di Tengah Pandemi

Lewat Bakauheni Harus Rapid Test, KKP Kenakan Biaya Rp 250 Ribu

Aksi Koboi di Bandar Lampung, Pengendara CR-V Tembaki Sekelompok Pemuda

Ia bercerita sejak pandemi Corona, seluruh aktivitas di kampus dihentikan.

Termasuk penelitiannya di laboratorium.

Meski ada kebijakan khusus, satu mahasiswa boleh menggunakan lab perharinya.

"Sama seperti di Indonesia, kuliah di sini juga dilakukan secara online menggunakan aplikasi Skype Business dan Moodel. Melalui Moodel kami mengumpul tugas-tugas yang diberikan. Di situ juga terdapat link untuk masuk ruang kelas online. Kalau ujian belum pernah karena di sini jarang ada ujian, tapi tugasnya yang banyak,” ceritanya yang dihubungi Tribun via WhatsApp, kemarin.

Cerita lain diungkapkan Deni Burhasan, warga Lampung yang kuliah di Amerika Serikat.

Mahasiswa jurusan Social Entrepreneurship di University of Southern California mengaku perlu beradaptasi dengan kuliah yang dilakukan secara daring.

"Perkuliahan dari bulan Maret pindah semua menjadi kelas online melalui aplikasi Zoom. Meskipun demikian untuk belajar, mengerjakan tugas dan ujian masih sama saja caranya. Karena dosen-dosen selalu memberikan tenggat waktu untuk ujian dan pengumpulan tugas. Sistem kuliah secara online ini baru jadi harus beradaptasi diawal-awal,” ujar mahasiswa yang tinggal di Los Angeles ini.

Berlakunya kuliah online ini tidak luput dari berbagai kendala.

Deni yang lebih menyukai kuliah tatap muka (face to face) pernah mengalami masalah koneksi pada saat kuliah online.

“Suatu saat kuliah online pernah ada masalah dengan koneksi internet, gara-gara itu saya harus bilang ke dosen dapat kendala koneksi sehingga minggu depannya saya bilang ke landlord (bapak kos) untuk memperbaiki koneksinya,” papar Deni yang asli dari Bandar Lampung.

Hal yang berbeda dirasakan Wipa Raziq Shiab Habibi yang merupakan mahasiswa International University of Africa di Sudan.

Selama pandemi Covid-19, Wipa tidak memiliki aktivitas perkuliahan.

“Berbeda seperti di Indonesia ada kuliah online, di sini sejak pemerintah Sudan menetapkan perkuliahan dihentikan, kami belum pernah belajar lagi karena kuliah online pun tidak ada,” kata mahasiswa semester 2 jurusan Bahasa Arab ini.

Dengan berhentinya aktivitas perkuliahan Wipa khawatir mengenai studinya, ia khawatir tidak naik semester melainkan mengulangnya.

Menyikapi hal tersebut Wipa belajar secara mandiri.

Wipa juga menceritakan para mahasiswa Lampung di sana mulai mengalami kesulitan keuangan dan kesehatan.

"Sejak Corona, kita tidak mendapat kiriman uang dari orangtua. Sementara pekerjaan sampingan terhenti akibat Covid," jelasnya.

Selain itu, mahasiswa Indonesia di Sudan juga sulit mendapatkan akses layanan kesehatan.

"Ada mahasiswi asal Indonesia mempunyai gejala Covid-19, kemudian mencoba menelepon nomor pengaduan Covid-19 untuk meminta swap-test, tapi sudah hampir 2 pekan tidak ada kejelasan. Kemudian dia mencoba mandiri mencari rumah sakit untuk memeriksakan diri. Namun apa daya banyak rumah sakit yang tutup akibat kewalahan menangani pasien Covid-19, dan akhirnya dia memutuskan untuk ke klinik ala kadarnya saja," kata dia.

Ia pun berharap, Pemprov LAmpung bisa memberi perhatian kepada mereka.(Tribunlampung.co.id/debby rizky)

Berita Terkini