"Saya sudah 40 tahun tinggal di sini. Jadi saya tahu setiap tahun disini terjadi air pasang, dan setiap kali ada air pasang pasti terjadi banjir. Tapi ini pertama kalinya banjir menggenangi rumah sampai selutut orang dewasa," urai Muryati yang ditemui Tribunlampung.co.id di warungnya.
Selain itu ini adalah banjir terjauh pernah ada, yakni hingga 1 kilometer.
Jauhnya banjir tersebut membuat rumah warga terendam banjir, termasuk rumah Muryati juga terendam banjir.
Banjir yang sampai masuk rumah, membuat warga panik. Tapi paniknya bukan panik mau mengungsi.
Warga berupaya menyelamatkan barang-barangnya, terutama barang elektronik dan motor supaya tidak terendam banjir.
Menurut Muryati, kesigapan warga menyelamatkan barang-barangnya saat banjir tidak membuat warga kehilangan atau mengalami kerusakan barang-barangnya.
Hanya saja ada warga yang kasurnya terendam air, dan ada juga warga yang lele-lele peliharaannya mati akibat banjir tersebut.
"Biasanya banjir hanya merendam jembatan Pulau Pasaran. Jadinya pejalan kaki dan motor enggak bisa lewat sampai banjir surut. Kalaupun banjir itu naik ke pemukiman warga, tingginya hanya sampai mata kaki saja dan tidak sampai masuk rumah," ucapnya.
Muryati mengatakan, kemungkinan besok Selasa (26 Mei 2020), akan kembali terjadi banjir air laut.
Sebab air pasang biasanya terjadi selama tiga hari, dan hari ini baru air pasang hari kedua.
"Biasanya pada hari ketiga, air pasang sudah mulai surut. Tapi kami warga disini belum tahu air pasang akan surut atau tidak. Kalau air pasang belum surut ada kemungkinan banjirnya akan besar lagi," urai Muryati.
(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)