TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Penyiksaan terhadap makhluk imut nan lucu yakni kucing, masih banyak dijumpai di jalanan Bandar Lampung.
Hal tersebut membuat perasaan miris dan kasian terhadap kucing jalanan.
Itupun dirasakan oleh Imah (30), wanita yang berkomitmen untuk membantu kucing jalanan yang disiksa.
Saat bersantai di teras depan rumahnya di Jalan Kimaja Way Halim suara hiruk pikuk anak-anak terdengar.
Rasa penasaran membuat Imah mencari tahu.
Diikutinya sumber suara ia melihat kerumunan anak-anak berfokus pada kucing berwarna abu-abu corak hitam dengan kaleng bekas susu berwarna perak melingkar di lehernya.
• Cerita Remaja Lampung Lolos Audisi KDI, Yoshi Rekam Video Pakai HP dalam Waktu Semalam
• BREAKING NEWS Kapal Nelayan Tenggelam di Perairan Selat Sunda, 10 Orang Masih Dalam Pencairan
• Duka Kakek Pencari Rongsokan, Tabungan untuk Naik Haji Ikut Ludes Terbakar
Imah berpikir mustahil kaleng tersebut tidak sengaja menjerat kucing, melainkan sengaja dijerat manusia.
Kesana-kemari kebingungan, kucing mulai kelelahan dan akhirnya tertanggap.
Dibantu salah seorang orang tua, mamalia berkaki empat itu terbebas dari jeratan kaleng.
Darah merah segar mengalir dan meninggalkan jejak mengikuti kucing yang kabur.
Awalnya Imah tidak menyukai kucing karena bulunya yang dapat membuatnya bersin-bersin.
Merasa kasihan dengan luka beset kaleng, Imah berinisiatif untuk menangkap kucing itu.
Butuh waktu yang lama untuk menangkap kucing yang ia beri nama Jo itu.
Tidak mudah untuk menangkap Jo.
Meskipun terluka, Jo masih lincah berlarian melalui sela-sela parit hingga masuk ke celah pohon-pohon bambu, hal tersebut terjadi karena trauma Jo pada manusia.
Tak habis akal Imah meminta bantuan anak-anak sekitar rumah untuk menangkapnya.
Sempat tertangkap dan digigit Imah bertekat keras menangkap Jo.
Butuh waktu seminggu untuk Imah yang pada akhirnya menangkap Jo.
Kondisi Jo sangat memprihatinkan, bekas jerat berwarna merah muda kekuningan menandakan infeksi jaringan luka yang bernanah pada Jo.
Dengan pengetahuan sekadernya, Imah mengobati Jo dengan obat merah.
Alergi tehadap kucing ia lawan dengan perlengkapan masker dan sarung tangan.
"Kasian sekali lihat Jo. Saya ngobatin Jo seadanya dengan masker karena saya masih ada alergi bulu kucing waktu itu. Gimana tidak, waktu mengobati Jo saya berpikir bagaimana kalau manusia yang disakiti seperti Jo, miris sekali," kata Imah.
Peristiwa tersebut membuat Imah lebih perhatian terhadap kucing.
Pengobatan Jo yang Imah lakukan sampai 10 kali mengunjungi dokter hewan hingga akhirnya Jo sehat.
Merasa terpenuhi rasa empatinya terhadap Jo, Imah berkomitmen untuk menolong kucing lainnya.
Setelah Jo imah masih menolong 2 kucing lainnya yang akhirnya menjadi peliharaannya.
"Saya mencari teman untuk Jo, kebetulan dapat kabar kalau ada kucing yang hampir terlindas truk, saya beri nama Moly. Waktu handover Moly kondisinya dia jamuran dan memiliki virus. Saya kira cukup 2 saja, tapi akhirnya tambah satu lagi Xena. Kalau Xena ini dari Kalianda dia disiksa sama petani di sana," tutur Imah.
Sampai dengan saat ini Imah sudah menolong hingga 10 kucing yang disiksa.
Pertolongan yang dilakukan Imah dengan pemberian makanan, vitamin, dan juga finansial untuk perawatan.
Kendatipun melakukan dengan sepenuh hati kendala ditemui Imah ketika menolong kucing-kucing tersakiti.
Kendala keuangan adalah yang paling terasa.
"Kalau sedang tidak ada uang sangat sulit sekali. Pernah membuka donasi untuk pengobatan kucing karena sedang tidak ada biaya. Ketika sudah cukup saya tutup donasinya. Karena banyak orang yang beranggapan saya memanfaatkan donasi tersebut, padahal itu murni untuk pembiayaan perawatan kucing-kucing yang disiksa," curhat Imah.
Pengeluaran untuk perawatan kucing yang disiksa cukup beragam.
Ketika menemui operasi biaya bisa mencapai Rp 1,5 juta, biaya dokter sekali berobat bisa mencapai Rp 150 ribu dan obatnya jika diakumulasikan mencapai Rp 2 juta.
Tidak sendirian, Dhita Gingsul (27) juga merupakan penolong kucing jalanan dengan kondisi yang memprihatinkan.
Dhita menolong kucing yang sakit seperti tertabrak motor atau mobil, disiksa manusia, dipotong kakinya, disiram air panas, hingga lumpuh.
"Alasan menolong kucing simpel, awalnya karena kasihan. Tapi percaya mereka membawa rezeki. Alhamdulillah selama saya nolong kucing, saya tidak kekurangan materi dan percaya atau tidak setiap kita kasih makan dan menolong mereka, mereka pasti doain kita. Juga kucing merupakan hewan kesayangan nabi. Dan alhamdulillah lagi semenjak saya pelihara dan nolong kucing rejeki saya bertambah dan dikasih jodoh yang barokah," kata Dhita.
Keprihatian Dhita juga berlanjut apabila menemukan anakan kucing yang dipisahkan dengan indukannya.
Sehingga ia berpesan kepada masyarakat untuk tidak memisahkan anak kucing dengan induknya.
"Saya berpesan untuk yang tidak menyukai kucing, jangan membuang anak kucing di pinggir jalan atau jurang dan jangan pula dipisahkan dengan induknya. Membuang kucing juga tidak perlu dalam plastik ataupun karung yang diikat. Pernah suami saya membawa 3 anak kucing di tepi jurang yang saling berpelukan. Mereka juga makhluk hidup, bayangkan saja kalau itu manusia," pesan Dhita.(Tribunlampung.co.id/Debby Rizky)