TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Kondisi fisik Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta semakin mengkhawatirkan.
Tubuh Merapi membengkak 0,5 sentimeter tiap hari.
Pembengkakan badan gunung Merapi disebabkan adanya erupsi pada 21 Juni 2020 lalu.
Kecepatan penggembungan tersebut masih tergolong rendah dibandingkan pada tahun 2010 lalu yang mencapai 130 sentimeter dalam sebulan.
"Penggembungan terjadi pascaerupsi 21 Juni lalu. Jadi sejak 22 Juni sampai sekarang," ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, Rabu (8/7/2020).
• VIDEO Pasca Erupsi Merapi, 8 Kecamatan di Magelang Diguyur Hujan Abu Vulkanik
• VIDEO Detik-detik Erupsi Gunung Merapi, Muncul Abu Setinggi 6.000 Meter
• Berlayar hingga ke Argentina, ABK asal Lampung Tewas di Kapal China
• Benarkah Putusan MA Bisa Batalkan Jokowi-Maruf? Simak Penjelasan Refly Harun
Dari perkembangan yang ada tersebut, kata Hanik, kemungkinan Merapi akan erupsi lagi atau akan tumbuh kubah lava.
Apalagi selama pemantauan aktivitas Merapi terus mengalami peningkatan.
"Memang sejak 2018 aktivitas Gunung Merapi tidak pernah berhenti, aktivitas terus ada. Jadi status masih waspada, artinya aktivitasnya di atas normal. Namun belum membahayakan penduduk di lereng Merapi asal di dalam radius 3 km dari puncak tidak boleh ada aktivitas warga," ujar Hanik.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan aktivitas vulkanik di Gunung Merapi saat ini terus mengalami peningkatan.
Meski statusnya masih waspada dan terkendali, dalam waktu dekat pihaknya bakal menggelar simulasi evakuasi pengungsi sesuai standar protokol kesehatan.
Hak tersebut disampaikan Ganjar saat mengecek perkembangan aktivitas vulkanis Gunung Merapi di pos pantau Balerante, Klaten, Jawa Tengah.
Melalui layar monitor, Ganjar melihat kondisi kawah Gunung Merapi yang terpantau CCTV.
"Dari pengamatan Gunung Merapi kita waspada. Ada peningkatan, tapi kalau melihat trennya insyaallah masih terkendali. Kita harap masyarakat selalu waspada," kata Ganjar.
Ada tiga wilayah rawan di Jawa Tengah jika Gunung Merapi erupsi, yakni Klaten, Boyolali dan Magelang.
Ganjar mengatakan tingkat kesadaran bencana masyarakat di tiga wilayah sangat baik.
Namun yang jadi catatan Ganjar adalah saat ini kondisinya masih dalam masa pandemi.
"Kalau warga sebenarnya sudah siap, cuma ini kan suasananya lagi Covid. Harus ada latihan evakuasi. Juga harus ada tambahan tenaga medis yang bisa menjelaskan ini ke masyarakat saat mengungsi. Juga desa paseduluran sudah siap juga," katanya.
Desa paseduluran atau sister village adalah kemitraan antardesa yang jika bencana, warganya bisa langsung menuju desa paseduluran yang telah ditetapkan.
Dengan adanya desa paseduluran, warga terdampak bencana tidak bingung lagi kemana harus mengungsi.
Ganjar mengatakan untuk latihan evakuasi tersebut bakal dilakukan secepatnya.
Karena dirinya juga masih menunggu beberapa hal tuntas dikerjakan, termasuk jalur evakuasi.
"Maka kita akan buat simulasi dalam waktu dekat. Bagaimana cara mengungsi dan memastikan shelternya baik. Shelter baik itu adalah yang sesuai protokol kesehatan covid. Kalau itu kita siapkan, maka masyarakat akan peduli," ujarnya.
Selain manusia, latihan evakuasi tersebut juga bakal mengusung hewan-hewan ternak warga.
Ganjar mengatakan pada erupsi-erupsi sebelumnya warga yang sudah mengungsi tergoda untuk kembali ke rumah karena hewan ternak yang dia tinggal.
"Ternak ini masuk evakuasi. Karena sesuai pengalaman, kalau ternak ditinggal akan memancing masyarakat untuk kembali ke sini. Maka nanti kita gandeng perguruan tinggi yang juga menyediakan pakannya," kata Ganjar. (Tribun Network/hud/wly)