Berita Nasional

Pengusaha Haji Permata Tewas Ditembak Petugas Bea Cukai, Muncul Dugaan Persaingan Bisnis

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kedatangan jenazah Haji Permata. Pengusaha asal Batam, Jumhan alias Haji Permata tewas tertembak petugas Bea Cukai

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PEKANBARU - Pengusaha asal Batam, Jumhan alias Haji Permata tewas tertembak petugas Bea Cukai di Perairan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, beberapa waktu lalu.

Kematian Haji Permata tewas ditembak petugas Bea Cukai diduga ada latar belakang persaingan bisnis.

Nama Haji Permata memang termahsyur di dua provinsi, yakni Kepulauan Riau dan Riau.

Belakangan muncul isu persaingan bisnis di balik kematian Haji Permata yang merupakan pengusaha barang-barang impor.

Pembunuhan Dalang Ki Anom Subekti dan Keluarga, 4 Jenazah Berada di Kamar Terpisah

Korban Kecelakaan Ditolak 3 Rumah Sakit, Sempat Bicara hingga Akhirnya Meninggal

Bahkan, nama Haji Permata sudah dikenal hingga ke negeri tetangga.

Aparat kepolisian diminta untuk mengusut dugaan persaingan bisnis di balik tewasnya Jumhan alias Haji Permata, pengusaha asal Batam, Kepulauan Riau (Kepri), akibat tertembak oleh petugas Bea Cukai.

Permintaan pengusutan itu disampaikan Tokoh Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kabupaten Inhil, DR Yusuf Daeng.

Kasus tewasnya Haji Permata terjadi ketika petugas Bea Cukai Tembilahan menggagalkan upaya penyelundupan rokok ilegal di Perairan Tembilahan, Inhil.

Saat itu, Haji Permata berada dalam speedboat yang dikejar petugas Bea Cukai.

Isu persaingan bisnis

Beredar informasi adanya penyelundup lain berinisial TS, yang masih beraktivitas.

Sejumlah tokoh masyarakat Inhil meminta polisi bertindak adil dalam menindak penyelundupan.

Yusuf menduga, belakangan muncul isu persaingan bisnis di balik kematian Haji Permata yang merupakan pengusaha barang-barang impor.

Nama Haji Permata memang termahsyur di dua provinsi, yakni Kepulauan Riau dan Riau. Bahkan, hingga ke negeri tetangga.

"Jaringan penyelundupan di Riau sudah ada sejak dulu. Namun, sekarang ini sudah modern dan beraset besar," kata Yusuf dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (4/2/2021).

Halaman
1234

Berita Terkini