Embung tersebut dibangun di atas tanah hibah masyarakat.
Tujuannya untuk pasokan air pertanian di wilayah sekitarnya ketika tanam musim kemarau.
Masyarakat setempat sebagai penghasil komoditas pertanian, sayuran, seperti cabai, tomat dan terong.
Selama ini masyarakat, saat menanam sayuran pada musim kemarau mendapat pasokan air dengan cara membeli.
Pembelian air untuk mengecor tanaman sayuran mencapai satu tangki ukuran sekitar 5 000 liter.
"Seharga Rp 150 ribu satu tangki," kata Solehudin.
Sehingga, petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menanam sayuran di wilayah tersebut.
Pembangunan embung harapannya dapat menekan biaya produksi sayuran di kala tanam musim kemarau.
Selain itu, pemuda sekitar juga sudah berencana memanfaatkan embung tersebut untuk wisata pemancingan.
"Rencana setelah embung beres, akan dicarikan benih ikan buat pemancingan," tambah Solehudin.
Akan tetapi, rencana pemuda di wilayah tersebut tertunda karena embung dalam kondisi jebol.
Sejumlah tanah di tanggul tersebut longsor dan terdapat lubang besar di badan tanggul selebar kurang lebih lima meter.
Tanggul berupa tanah dengan ketinggian sekitar lima meter itu terhempas oleh debit air yang besar ketika hujan lebat turun di wilayah itu.
Tanggul embung itu pun tidak kuat menahan banyaknya air yang masuk sehingga jebol.
"Sekitar setengah bulanan kemarin jebolnya," ujar Topik warga lainnya di Pekon Waringinsari Timur.