Warna loreng darah di seragam Kopassus ini bukan sekadar corak belaka namun memiliki makna yang mendalam dan cerita yang panjang pula.
Cerita mengenai seragam Kopassus warna loreng darah yang juga sempat dipakai Marinir AS ini dibahas dalam buku berjudul 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto.
Seperti dikutip dari kaltim.tribunnews.com pada (15/7/2019) perubahan seragam Kopassus dengan loreng darah mengalir' menjadi pakaian dinas lapangan (PDL) Kopassus terjadi saat Kolonel Moeng Pahardimulyo menjadi Danjen Kopassus, pada 1958-1964.
Dalam sejarah Kopassus, seragam loreng darah mengalir pernah melegenda saat Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) melakukan operasi pembersihan pemberontakan DI/TII.
Awalnya, pasukan Komando menggunakan seragam loreng dengan corak khusus yang dikenal dengan sebutan seragam loreng ‘Macan Tutul.’
Aslinya, pakaian loreng tersebut adalah buatan Amerika yang diproduksi pada masa PD-II dalam jumlah sangat besar untuk digunakan pasukan marinirnya (U.S. Marines).
Seiring dengan berakhirnya PD-II, pakaian seragam ini diberikan sebagai bantuan kepada tentara Kerajaan Belanda, yang pada akhirnya diberikan kepada angkatan perang Indonesia kaitannya dengan kemerdekaan RI.
Pakaian inilah yang kemudian dibagikan sebagai seragam khusus prajurit-prajurit satuan Komando.
Baca juga: Apa Itu Anosmia, Cara Atasi Anosmia Secara Alami
Demikian penjelasan mengenai apa itu Kopassus dan bagaimana seragam Kopassus, semoga bermanfaat. ( Tribunlampung.co.id / Meli Yulyana )