TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, MESUJI - Petani Mesuji keluhkan harga singkong yang selalu mengalami fluktuasi harga.
Padahal saat ini sebagian besar petani singkong di Kabupaten Mesuji memasuki masa panen.
Hal ini makin membebani para petani atas adanya kebijakan rafaksi atau potongan pertonase di setiap perusahaan ataupun lapak singkong (pengepul).
Kes (29) salah satu petani milineal di Kabupaten Mesuji mengaku keberatan atas potongan timbangan singkong pertonasenya mulai dari 15 sampai 27 persen.
"Sedangkan kita ketahui potongan tersebut berpengaruh besar terhadap harga perkilonya," ujarnya, Rabu (3/10/2021).
Baca juga: Hujan Tak Halangi Warga Desa Brabasan Mesuji Lampung Pantau Penghitungan Suara
"Apabila di lapak harga Rp 1.135 per kilogram, dan dengan potongan 25 persen. Maka harga singkong perkilogram sekitar Rp 851, dan harga tersebut belum dipotong biaya kuli, dan mobil. Apabila perkilogram biaya kuli, dan mobil Rp 200. Maka harga bersih di petani itu hanya Rp 651, "ujar Kes.
Menurutnya tanaman singkong merupakan tanaman tahunan.
Petani juga terbilang lama menunggu untuk bisa menjual tanaman singkongnya.
Selanjutnya Kes memaparkan biaya produksi tanaman singkong perhektar rata - rata yang dikeluarkan petani di Mesuji dari proses pengolahan tanah, tanam, dan perawatan hingga panen berkisar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Harga tersebut tidak termasuk biaya perawatan.
Baca juga: Pilkades Serentak di Mesuji Lampung, Saply-Haryati Nyoblos di TPS 2 Desa Simpang Pematang
Sebab, pihaknya merawat sendiri sehingga tidak mengeluarkan biaya.
"Kalau semua pakai buruh, tidak ketemu mas hasilnya. Besar pengeluaran dari pada pendapatan," ucapnya.
Ditambah, kata dia, biaya operasional untuk tanaman singkong per hektar saat ini besar, apalagi harga pupuk yang selalu melonjak.
Harga pupuk urea bersubsidi mencapai Rp 150 ribu dari yang dulunya Rp 80 ribu. Begitu juga pupuk non subsidi seperti TSP dari harga Rp 350 ribu menjadi Rp 500 ribu.
"Bahkan terkadang pupuk juga langka saat petani hendak membeli," ujarnya.
Selain itu Haryanto (55) salah satu petani singkong asal Mesuji tepatnya di Desa Muara Tenang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, mengaku telah menjual singkong per hektar dengan nominal Rp 10 juta.
"Padahal singkong yang dijual telah berusia sekitar 1 tahun. Apabila dihitung hasil panen petani yang mendapat Rp 10 Juta perhektar, dan dikurangi biaya operasional sekitar Rp 5 Juta. Jadi pendapatan petani selama 1 tahun Rp 5 Juta," paparnya.
Lalu, terus dia, apabila Rp 5 juta dibagi 12 bulan, maka pendapatannya perbulan mencapai Rp 416.666.
"Bahkan ada mas di bawah Rp 10 juta perhektar. Sebab namanya tanaman bisa saja dipengaruhi kesuburan lahan. Sedangkan kesuburan lahan kan berbeda - beda," keluhnya.
Baca juga: Polisi Beberkan Peran Pria dan Wanita Bawa Sabu 4,15 Kg di Mesuji Lampung
Oleh sebab itu, Haryanto berharap agar nasib para petani singkong di Mesuji dapat lebih diperhatikan oleh Pemerintah Daerah, Provinsi bahkan pusat. ( Tribunlampung.co.id / M Rangga Yusuf )