"Kalau jumlah yang beli sih sama saja ya, kan cabai ini kebutuhan pokok, tapi jumlah belinya aja yang berkurang, kayak satu orang belinya borongan 10 kilogram, sekarang jadi 5 kilogram," kata dia.
Masih tingginya harga cabai itu kemudian mendapat respon keluhan dari masyarakat.
"Kayaknya memang udah terlalu lama harga cabai ini tinggi," kata Zakaria, warga Tanjung Senang.
Ia berharap, ada solusi dari pemerintah untuk masalah tingginya harga cabai itu.
"Bukan cuma cabai, bawang juga kan mahalnya udah lama juga," ucap dia
Cabai Merah Sumbang Inflasi Lampung
Provinsi Lampung mengalami inflasi sebesar 1,20 persen pada Juni 2022.
Andil inflasi terbesar disumbang oleh komoditas cabai merah dan rawit.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Endang Retno Sri Subiyandani, dalam rilisnya pada Jumat (1/7) menjelaskan, inflasi terbesar disumbang kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi 0,99 persen dan inflasinya 3,33 persen.
"Jika dilihat di kelompok makanan, minuman, dan tembakau, komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar adalah cabai merah yaitu 0,567 persen," ungkap Endang Retno Sri Subiyandani.
Selanjutnya ada cabai rawit sebesar 0,258 persen, bawang merah 0,128 persen, angkutan udara 0,116 persen, dan rokok kretek filter 0,046 persen.
"Kemudian (kelompok) transportasi memberi andil inflasi 0,12 persen dan nilai inflasi 0,95 persen," jelasnya lebih lanjut.
Ia mengatakan, kenaikan harga cabai merah, rawit, dan bawang disebabkan oleh terganggunya produksi akibat hama dan curah hujan yang cukup tinggi di sentra produksi.
Lebih lanjut dia mengatakan untuk tarif angkutan udara mengalami kenaikan karena ada kebijakan di pemerintah.
Yakni, pemerintah memberi kewenangan kepada maskapai untuk menerapkan tarif tambahan.