Sebelumnya Ipat yang merupakan petani padi di Rajabasa Jaya Kota Bandar Lampung adanya kelangkaan pupuk subsidi tersebut dirinya sengaja mengoplos pupuk subsidi dengan non subsidi agar hasilnya bisa banyak.
Jadi tidak ada pilihan yang lain untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Banyak maka pupuk tersebut harus dioplos.
Perbandingannya kalau pupuk yang subsidi itu 5 karung maka pupuk yang non subsidi hanya 1 karung saja untuk 1 hektar.
Karena harganya juga mahal pupuk yang non subsidi, jika beli pupuk yang non subsidi itu bisa mendapatkan 2 karung subsidi.
"Harganya dua kali lipat kalau kita beli pupuk yang non subsidi, biasanya yang non subsidi harga perkarungnya pupuk itu sekitar Rp 300an ribu dan yang subsidi cuma Rp 150an," kata Ipat
Penggunaan pupuk yang sudah dicampur itu diaduk dengan rata lalu disebar kesawah dan hasilnya juga bisa mencapai 7-8 ton gabah basah setiap 1 hektarnya.
Dirinya juga kecewa bahwa sudah 1 bulan padi yang ditanamnya ini baru perdana dikasih pupuknya.
Idealnya itu padi pada usia 10 hari itu harus diberikan pupuk, lalu berlanjut 20 hari dan kemudian terakhir diberikan pupuk pada usai padi itu 30 hari.
"Kalau padi saya ini baru saja dikasih pupuk setelah padi satu bulan," kata Ipat
Diharapkan kepada pemerintah agar menyediakan pupuk bagi para petani dengan tetap waktu dan ini untuk keberlangsungan para petani yang tanam.
Dijelaskan oleh Ipat juga bahwa untuk menyebar pupuk itu berjarak 3 meter dari kanan kiri padi dengan harapan padi bisa maksimal tumbuhnya.
( Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra )