Saat itu, petugas bersama masyarakat pun langsung melakukan upaya evakuasi untuk menyelamatkan korban-korban yang tertimpa bangunan.
Korban-korban yang meninggal dunia waktu itu dikumpulkan di satu titik dekat dengan RSUD Alimuddin Umar yang saat ini menjadi lokasi Ham Tebiu.
Di lokasi itu, para jenazah korban meninggal dunia itu dimandikan massal menggunakan sumber air yang ada di lokasi itu.
Agus mengatakan, para korban jiwa langsung dimakamkan di satu tempat berdekatan dengan lokasi pemandian massal.
Lokasi pemakaman tidak jauh dari RSUD Alimuddin Umar yang saat ini telah menjadi monumen.
Hal senada juga dikatakan oleh salah satu warga Liwa, Lampung Barat yang bernama Antoni.
Meski saat kejadian dirinya masih anak kecil, namun peristiwa mengerikan itu tetap melekat pada ingatannya.
Ia mengungkapkan, Kelurahan Pasar Liwa menjadi lokasi yang terdampak kerusakan paling parah akibat guncangan gempa.
Sehingga banyak masyarakat Liwa saat itu yang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi sementara di lapangan terbuka.
“Lapangan itu yang sekarang kita kenal dengan Lapangan Merdeka. Lokasi itu menjadi tempat pengungsian ribuan masyarakat,”
“Ya mau gimana lagi, rumah sudah pada hancur. Rata-rata sudah rat dengan tanah dan tidak tersisa. Hanya ada beberapa saja yang tersisa,” ucapnya.
Lebih lanjut, dirinya juga mengaku bahwasannya banyak kerabatnya yang menjadi korban atas bencana gempa dahsyat itu.
Meski merasa terpukul, ia bersama keluarga tetap bersabar dan perlahan bangkit untuk memulai lagi kehidupan seperti biasa.
Pasca kejadian gempa dahsyat, perlahan masyarakat Lampung Barat terkhusus di Liwa mulai bangkit.
Saat itu pembangunan permukiman penduduk, perkantoran, dan sekolah kembali dibangun dengan konstruksi bangunan antigempa.