Teror Harimau di Lampung Barat

Kejari Lampung Barat Kumpulkan Data Terkait Dugaan Penyebab Harimau Teror Warga

Penulis: Bobby Zoel Saputra
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kejari Lampung Barat kumpulkan data terkait dugaan penyebab harimau teror warga.

Itu dilakukan sebagai langkah pencegahan tidak hanya terhadap serangan hewan liar namun untuk melindungi sumber daya alam yang berharga di dalam hutan.

"Untuk itu masyarakat diundang untuk berperan aktif dengan memberikan informasi terkait aktivitas ilegal yang dapat merusak ekosistem,” sebutnya.

Ia menjelaskan, Kejari Liwa Lampung Barat sangat peka dan terus menyoroti pemahaman hukum terkait kegiatan yang dapat merusak ekosistem. 

Warga diingatkan untuk menghindari praktik pembalakan dan penambangan liar yang dapat mengancam keseimbangan alam.

Sebab menurutnya, pelaku yang terlibat dalam dugaan tindak pidana di bidang lingkungan hidup akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.

"Dalam konteks serangan harimau, keberlanjutan ekosistem adalah tanggung jawab kita bersama sebagai upaya menjaga keseimbangan,” ucapnya.

“Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk melibatkan diri menjaga lingkungan sebagai upaya nyata melindungi alam," pungkasnya.

Sebelumnya, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) mengungkap beberapa faktor konflik satwa liar harimau dengan manusia yang terjadi akhir-akhir ini di Suoh dan BNS, Lampung Barat.

Hal itu disampaikan menyusul adanya dua korban yang meninggal dunia akibat serangan harimau di Pekon Sumber Agung Kecamatan Suoh dan Pekon Bumi Hantatai Kecamatan BNS, Lampung Barat.

Kasat Polhut BBTNBBS, Sadatin menceritakan, terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar harimau di Suoh dan BNS Lampung Barat ini karena perburuan mangsa harimau dan pembukaan lahan di kawasan hutan.

“Jadi untuk wilayah suoh ini, semenjak kasus satwa yang terkena jerat pada 3 Juli 2019, kita intens melakukan patroli perlindungan satwa,” ujar dia, Minggu (25/2/2024).

“Kita dapat instruksi untuk melakukan patroli sapu jerat. Sekarang hampir tiap kita melakukan patroli pasti mendapatkan alat jerat baik berupa tambang, nilon untuk satwa mangsanya,” terusnya.

Menurut Sadatin, hal itu berkaitan kenapa satwa harimau bisa berburu sampai keluar karena jumlah populasi mangsanya yang berkurang.

“Kita hubungkan dengan hasil-hasil yang kita dapatkan di lapangan saat patroli terkait jerat yang masih banyak,” jelasnya.

“Ya ini memang perlu edukasi ke masyarakat. Ini menjadi evaluasi bagi kita semua, kenapa ini bisa terjadi ya banyak faktor,” sambungnya.

Halaman
123

Berita Terkini