Jika sistem imun tubuh lemah dan tidak mampu melawan virus dengue, maka akan timbul penyakit DBD.
Gejala khas penyakit DBD seperti pelana kuda, yang artinya di gejala diawali dengan demam yang naik turun, di hari keempat tidak demam sama sekali dan tubuhnya jika disentuh terasa dingin, lalu di hari kedelapan demam naik lagi.
Namun dingin ini bukan dingin yang menandakan sudah sehat, tapi dingin yang dikhawatirkan sedang terjadi dengue shock syndrome (DSS), yakni terjadi kebocoran di pembuluh darah, karena virus dengue membuat lubang di pembuluh darah itu.
Kelanjutan DSS adalah terjadinya pendarahan yang ditandai dengan munculnya bintik merah pada kulit, buang air besar berdarah, dan muntah darahÂ
"Jika DSS tidak ditangani dengan segera, risikonya pasien DBD bisa meninggal dunia," ujar dr Aditya.
Pengobatan DBD
dr Aditya menjelaskan, pengobatan penyakit DBD sesuai dengan gejala yang timbul.
Misalnya gejala demam, maka harus minum obat penurun demam, dikompres, dan banyak minum air putih.
Selain itu juga minum obat imunoregulator yakni obat untuk menaikan sistem imun tubuh, sehingga tubuh mampu melawan virus dengue.
Jika sudah mengalami DSS, maka harus dibawa ke rumah sakit agar bisa segera mendapatkan infus.
Infus tersebut berfungsi untuk menggantikan cairan yang hilang akibat kebocoran pembuluh darahÂ
"Penggantian cairan harus segera dikejar, tidak bisa ditunda, dan yang bisa mengejarnya hanya infus," kata dr Aditya.
"Kalau hanya minum air putih, penggantian cairan tidak bisa terkejar, karena pasien sudah lemas, serta tidak nafsu makan dan minum," sambung dr Aditya.
Sedangkan pasien yang sudah alami DSS berkelanjutan, harus segera mendapatkan penanganan di ruang icu.
(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)