TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta – Maina Sary membagikan cerita awal mula memulai usaha kerajinan khas Lampung, Z&J Craft.
Berawal dari tahun 2017 di saat dirinya memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta.
Saat itu, cerita Sary sapannya, ia berusaha mencari kesibukan untuk mengisi waktu luang karena sudah tak bekerja lagi.
“Saya mencari kesibukan dengan mencoba membuat kerajinan yang berbahan kain tapis gitu. Awal-awal mencoba itu dari jilbab tapis,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Ia memilih kerajinan kain tapis lantaran saat itu masih belum banyak yang membuat.
“Mungkin hanya beberapa saja, satu atau dua orang yang sudah menekuni kerajinan tapis,” sambungnya.
Di awal usaha, Sary menjual produk souvenir dan merambah ke aksesori hingga home décor.
Ia mengaku memang suka membuat kerajinan.
“Sebetulnya itu aku suka kerajinan dan sebenarnya nggak cuma tapis sih. Kalau dulu ke (kain) flannel, ke manik-manik sebelum ke tapis,” katanya.
Lantaran karena hobi membuat kerajinan tangan, akhirnya Sary mencoba belajar secara otodidak dalam membuat kerajinan dari kain tapis.
“Karena hobi jadi ada rasa penasaran mau coba belajar. Kalau salah ulang lagi, buat lagi sampai bisa. Belajar otodidak ya,” ujar wanita kelahiran 1985 ini.
Ia memilih membuat kerajinan tangan dari kain tapis, lantaran sangat ingin melestarikan dan memperkenalkan tapis lebih luas lagi.
“Saya itu ingin melestarikan, bagaimana caranya kain tapis ini bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Dulu kita tahunya tapis itu digunakan di acara tertentu saja. Sekarang bisa dinikmati oleh kalangan anak-anak muda, seperti totebag, topi yang kekinian,” ucapnya.
Selama tujuh tahun menjalani usaha, Sary merasakan adanya suka dan duka.
“Sukanya itu kalau karya kita disukai orang, ya. Misalnya ada orderan, tidak ada complain itu jadi rasa puas, ya.Dukanya mungkin lelah ya, karena kita kan kerajinan tangan. Jadi full mengerjakannya pakai tangan, manual gitu. Cuma dinikmati saja, karena hobi kan,” bebernya.
Ia juga menemui berbagai kendala selama menekuni usaha tersebut.
Salah satunya adalah terkait mencari pekerja yang sesuai dengan kriterianya.
“Produk kita ini kan 99 persen itu manual menggunakan tangan gitu. Jadi mungkin sedikit sulit mencari orang yang cocok. Di mana yang benar-benar sehati, yang mencintai pekerjaan ini, seni gitu,” ujar Maina Sary.
Oleh karena itu, Sary belum bisa bekerja sama dengan toko-toko yang menyiapkan produk souvenir khas Lampung.
Pasalnya tentu membutuhkan pekerja untuk membantunya dalam membuat produk, karena produk yang dipesan pastinya dengan jumlah yang besar.
(Tribunlampung.co.id/Putri Salamah)