UMKM Lampung

Sulam Usus dan Tapis Rahayu Gallery Tembus Pasar Internasional, Malaysia hingga Arab

Penulis: Virginia Swastika
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aneka produk Rahayu Galery

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Produk kerajinan sulam usus dan tapis dari Rahayu Gallery di Bandar Lampung, Lampung, telah berhasil menarik perhatian hingga ke pasar internasional. 

Siti Rahayu, pemilik Rahayu Gallery, memulai usahanya sejak tahun 1979 dengan membuat tapis tradisional. 

Berawal dari satu hingga dua produk, usahanya terus berkembang hingga akhirnya ia beralih ke sulam usus untuk menciptakan karya yang lebih bervariasi.

"Awalnya dari tapis yang biasa, ya. Seiring waktu, saya juga merancang. Mungkin rancangan saya itu kurang bagus, kemudian ketika saya lihat rancangan itu langsung ada di daerah-daerah. Kemudian saya beralih ke sulam usus," ujar Rahayu, Jumat (3/1/2025).

Perjalanan Rahayu dalam mempopulerkan tapis dan sulam usus membawanya ke berbagai pameran internasional.

Salah satu momen berkesan adalah ketika produknya dibeli oleh pelanggan dari Malaysia.

"Dari mana-mana, pernah juga dari Malaysia. Dia beli kemudian dia pesan. Kemudian ada juga dari Thailand, kebetulan saat itu saya lagi pameran di Jakarta tapi itu melalui dubesnya," ungkapnya.

Selain itu, Rahayu juga pernah berpartisipasi dalam pameran besar di Abu Dhabi, Johor, Penang, Singapura, dan Kelantan.

Keikutsertaannya dalam pameran ini difasilitasi oleh pemerintah.

"Saya pameran dari pemerintah. Tidak pernah saya berangkat sendiri. Dibayarkan dari berangkat sampai pulang, sampai di hotel kadang-kadang yang berbintang. Itu pertama kali tahun 2006, saya di Abu Dhabi, Arab," jelasnya.

Meski kini frekuensi pameran internasionalnya berkurang, Rahayu tetap berupaya menjaga eksistensi sulam usus dan tapis melalui inovasi desain.

"Kalau dulu terus kita berupaya lah supaya sulam usus ini dikenal. Sekarang kita vakum, jarang kita pameran ke luar negeri," ujarnya.

Produk-produk dari Rahayu Gallery dihargai mulai dari Rp1,5 juta hingga Rp8 juta, tergantung pada detail pernak-pernik dan benang yang digunakan.

Siti selalu memastikan kualitas produknya tetap terjaga.

"Semua tapis yang saya buat ini tidak mau yang berat, harus yang enteng, rapih. Kan kalau orang punya uang itu nggak masalah, tapi kepuasannya itu loh," katanya.

Kesuksesan Rahayu Gallery tak lepas dari dedikasinya dalam melestarikan warisan budaya lokal dan memperkenalkannya ke kancah internasional.

Produk tapis dan sulam usus yang ia buat tidak hanya menjadi simbol kebanggaan lokal, tetapi juga menarik perhatian pasar global.

(Tribunlampung.co.id/Virginia Swastika)

Berita Terkini